Selasa, April 13, 2010

Rasisme


Tulisan ini merupakan komentar tulisan Habe yang berjudul RASISME 180 derajat di http://www.apakabar.ws/content/view/3093/88888889/

Tulisan "TERIMA KOST PUTRI (MUSLIMAH)" sebagai dasar penulisan artikel Habe tersebut tentu saja tidak hanya bisa ditemukan di kota Bandung. Ketika aku kuliah di American Studies UGM tahun 2002-2005 pun aku banyak menemukan kasus atau pun tulisan seperti itu. Bahkan yang lebih parah lagi, aku pernah menemukan tulisan MENERIMA KOS PUTRI MUSLIMAH KHUSUS YANG MENGENAKAN JILBAB.

Sebagai catatan, kasus ini tidak pernah kutemukan di Jogja tatkala aku masih kuliah S1 di Sastra Inggris UGM pada tahun 1986-1990.

Pertanyaannya adalah, apakah Jogja tak lagi ramah kepada para pendatang baru yang non Muslim? Jikalau iya, apa penyebabnya?

Di awal tahun 2002, ada hasil polling yang menghebohkan kota Jogja khususnya, dan (mungkin) Indonesia pada umumnya. Pada waktu itu sebuah lembaga mengadakan polling seberapa banyak para remaja yang tinggal di Jogja melakukan hubungan seks di luar pernikahan. Hasilnya amat sangat menghenyakkan karena ternyata dari 100 responden, ada lebih dari 80% yang mengaku telah melakukan hubungan seks. Hasilnya para pengelola kos pun dituduh hanya mementingkan keuntungan finansial, tanpa merasa terbebani bahwa mereka (selayaknya) ikut mengawasi perilaku para penghuni kos.

Rasialis lah penyebab para pengelola kos berpikir agar tidak dituduh membiarkan praktek seks bebas dilakukan di rumah yang mereka sewakan, mulai memberlakukan 'screening'. Yang menjadi masalah adalah, seolah-olah para kaum Muslimah -- apalagi yang berjilbab -- tentu tidak termasuk para pelaku seks bebas itu.

Selain itu, konon tiba-tiba harga sewa kamar kos menjadi jauh lebih mahal daripada sebelum hasil polling (yang tidak jelas apakah valid atau tidak). Hal ini berhubungan dengan alasan, "untuk lebih menjaga situasi yang kondusif" sehingga para pengelola kos membutuhkan membayar aparat RT/RW untuk menjaga lingkungan sekitar.

Mengenai reverse racism -- kaum minoritas melakukan rasisme kepada kaum mayoritas -- aku pikir ini merupakan pembalasan dendam dari para kaum minoritas. Memang tentulah sangat menyebalkan. Apalagi aku sendiri pernah mengalami diskriminasi seperti ini.

Di kantor tempatku bekerja sekarang, konon sebelum aku mulai masuk bekerja di sini tahun akademik 2008/2009, lebih banyak pekerja yang non Muslim. Namun semenjak jabatan kepala sekolah dipegang oleh seorang Canadian, yang pernah bekerja di Egypt, dia tak lagi mempedulikan agama calon karyawan, asalkan memenuhi syarat.

Konon manusia adalah ciptaan Sang Maha Kuasa yang paling sempurna karena dikaruniai akal untuk berpikir. Namun sedihnya justru karena itulah, manusia tak bisa hidup rukun seperti ketiga kucing yang dikisahkan oleh Habe dalam tulisannya.

PBIS 14.54 130410

Tidak ada komentar:

Posting Komentar