Senin, November 29, 2010

Mari Bersepeda, demi Ibu Bumi


MARI BERSEPEDA, DEMI IBU BUMI

Dikarenakan artikel yang berasal dari alamat ini Bersepeda karena trend beredar di milis komunitas b2w, aku jadi bernostalgia dengan tulisan-tulisanku sendiri yang kutulis pada tahun 2008, tatkala aku adalah seorang newbie di jajaran para pesepeda ke kantor. Ada beberapa tulisan yang kuhasilkan waktu itu, mulai dari bagaimana seorang bernama Aluizeus Triyono (Aluizeus ) mempromosikan tentang bersepeda ke kantor di site-ku di multiply (Nana's Cyber Home  ); pertama kali komunitas b2w Semarang dibentuk (26 Juni 2008); pertama kali aku menjalani bersepeda ke kantor; keragu-raguan Angie, anakku, akan keberhasilan ‘gerakan moral’ pencinta lingkungan untuk memasyarakatkan bersepeda ke kantor; pertama kali CNR seorang diri; tulisan tentang pak Wargo, salah satu ‘role model‘ b2wer Semarang mengingat kekonsistenannya bersepeda ke kantor (4 kali sehari) dan jarak yang lumayan jauh ditempuh, 70 km pulang pergi setiap bersepeda ke kantor, promosi bike-to-work; dll, dll.

Di bawah ini kusertakan beberapa alamat postinganku di blog Serba Serbi Kehidupan

Bersepedaan yuk? Bersepedaan, yuk?
B2w Semarang B2w Semarang
Bike to work Bike to work
The First time The First Time ...
Ngepit menyang kantor Ngepit menyang kantor
Bike to work, yuk? Bike to work, yuk?
Promosi b2w Promosi b2w
Pengalaman 7 Juli 2008 (alias CNR sendirian pertama kali) CNR sendirian 7 Juli 2008
Sepedaku, sepedamu, sepedanya Sepedaku, sepedamu, sepedanya
Bikers on the street Bikers on the street
Bersepeda oh asyiknya Bersepeda, oh, asyiknya
Setelah berbike-to-work Setelah berbike-to-work

Setelah dua tahun berlalu, introspeksi apa yang bisa kulakukan?

Anggota komunitas b2w Semarang tentulah telah jauh berlipat ganda ketimbang ketika pertama kali kita berkumpul untuk ‘mendeklarasikan’ berdirinya komunitas b2w Semarang, yang waktu itu hanya dihadiri oleh 11 orang. Apakah dengan ini aku bisa menunjukkan kepada Angie bahwa keragu-raguannya akan keberhasilan gerakan moral pecinta lingkungan untuk mengurangi polusi udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor tidak terbukti?

Jikalau kata ‘ngetren’ perlu digunakan untuk lebih menaikkan prestige para b2wer, bolehlah kita memakainya untuk lebih mempromosikan bersepeda ke kantor/kampus/sekolah. Namun mengingat segala sesuatu yang ‘trendy’ itu akhirnya akan menjadi ‘kuno’ dan tak lama kemudian akan ditinggalkan, sebaiknya memang kita lebih mempromosikan pentingnya kita bersepeda ke kantor; yakni untuk ikut mengurangi polusi udara, mengurangi ketergantungan kepada sumber daya alam yang satu saat nanti akan habis jika kita tidak menggunakannya secara cermat, sekaligus untuk lebih menjembatani antara the haves dan the haves-not; antara sang akademisi dengan para pekerja pabrik; antara pegawai negeri kelas menengah ke atas dengan para penjual siomay, dst.

Masih ingat kisah seorang teman yang bekerja di Indonesia Power tatkala dia mempromosikan bersepeda ke kantor kepada rekan-rekan kerjanya. Mereka menolak dengan alasan, “bersepeda mengingatkanku kepada masa sulit dulu, sekarang sudah enak masak disuruh sulit-sulit lagi nggenjot pedal sepeda? Sorry deh.”

Juga kisah seorang teman yang mengaku sebagai salah satu founding father b2w Indonesia (bahkan sebelum Om Toto yang sekarang berada di posisi nomor 1 b2w Indonesia) bergabung dengan komunitas b2w. “b2w ingin menjembatani antara kaum kaya dan kaum miskin. Namun apa daya tatkala kita berusaha untuk mengumpulkan dana dan disumbangkan kepada para penjual siomay tersebut untuk dibelikan sepeda yang lebih layak dan nyaman digunakan, mereka malah lebih memilih untuk menabungnya dan membelikan sepeda motor.”

By the way, di tempat kerjaku, aku sebagai trendsetter bersepeda ke kantor sejak Juli 2008, sampai sekarang aku tetaplah menjadi satu-satunya b2wer. Beberapa saat lalu ada seorang rekan kerja yang ngikut, namun tak lama kemudian dia berhenti. Alasan utama dia bersepeda ke kantor ternyata karena ingin menguruskan badan. Berhubung setelah sekian lama tak juga berkurang timbangan berat badannya, dia pun patah semangat.

Memang masih panjang perjalanan kita untuk ikut menyelamatkan bumi. AND DON’T GIVE UP EASILY. Kembali ke motto awal b2w ‘kalau ga kita mulai dari diri sendiri, lalu siapa?’

PBIS 11.49 301110

Jumat, November 05, 2010

Some pictures of Merapi's eruption

seorang anak sekolah segera lari setelah Merapi meletus

Tim pencari korban ...

Tim SAR sedang menyisiri daerah letusan untuk mencari korban yang barangkali tertimbun lahar dingin.
Tim relawan
Awan panas yang konon panasnya mencapai 500 derajat Celcius, yang dikenal oleh orang-orang sekitar sebagai 'wedus gembel'
Di Jalan P. DIponegoro Jogja, hari Jumat 5 November 2010
Banyak pohon tumbang di Muntilan karena tebalnya abu vulkanik yang menempel.
Keindahan yang berakibat korban yang terkenal semburan awan panasnya ...
Merapi

Merapi Meletus ...


Tadi pagi, tergelitik dengan sebuah status seseorang yang kebetulan berada di list FB-ku, aku menulis komentar seperti berikut ini:

hai manusia
tak sadarkah kau aku murka
karena perlakuanmu pada alam?

jangan salahkan aku untuk terus semburkan...
semua yang penuhsesaki perut bumi
kerna salahmu sendiri

maka
diamlah kau sekarang!

*merapi bersuara mewakili diri sendiri*

Status yang kukomentari menulis tentang sesuatu yang secara singkat memberi instruksi agar Merapi diam, alias berhenti meletus. Aku membacanya sebagai seorang manusia yang terdengar arogan untuk memerintahkan Merapi berhenti meletus. Itu sebab aku menulis komen seperti yang kutulis di atas.

Jawaban si pemilik status baru membuatku 'ngeh' bahwa dia menulis status tersebut sebagai sang Pencipta. dia menulis begini:

nana......mari kita flashback.
manusia diciptakan menjadi apa?
dan mahluk diciptakan menjadi apa?

...bahkan malaikat pun pernah bersujud.
merapi itu ladang syaitan kesesatan. karenanya, banyak timbul kemusyrikan

MERAPI. diam kau!

keren kan dia? bisa membaca kata Penciptanya? ck ck ck ck ... (atau bukannya sebenarnya dia seperti yang kutulis di sebuah note yang kuberi judul DOA, bahwa dalam berdoa manusia cenderung mendikte Tuhannya!) dia beranggapan bahwa sang Pencipta memiliki cara berpikir seperti makhluk ciptaanNya? dan dia pun lupa salah satu 'sifat Tuhan' adalah "mukhalafatul lilhawaditsi" => Allah itu tidak serupa dengan makhlukNya.

Manusia dan alam sama sama makhluk ciptaanNya (bagi yang percaya adanya Tuhan tentu saja). Namun konon karena kita adalah makhluk ciptaan yang paling unggul ~ dikarenakan kita dikaruniai akal pikiran ~ pun merasa layak memperlakukan alam semaunya. Sejak manusia dengan akalnya mampu menciptakan benda-benda, dia pun tak pelak telah merusak alam semesta (misal kendaraan bermotor telah menyebabkan polusi udara yang kian parah dari tahun ke tahun.)

Sementara itu, para pakar lingkungan percaya bahwa alam memiliki sifatnya sendiri untuk berkomunikasi, sekaligus untuk menyembuhkan diri.

Dan Merapi meletus adalah salah satu caranya berkomunikasi kepada kita, sesama makhluk Tuhan, bahwa alam yang telah rusak ini (siapa lagi yang merusaknya kalau bukan manusia?) perlu melakukan sesuatu untuk menyembuhkan diri. NATURE HAS ITS OWN AMAZING WAY TO HEAL ITSELF, meski butuh waktu yang tidak sebentar.

Sehingga, bagaimana mungkin kita menuduh Tuhan murka ke kita?
Mari kita perlakukan alam dengan bersahabat.

---------- ---------- ----------
PT56 22.22 051110

P.S.
Sedikit coretan tentang kegundahan dan keprihatinan. :-(