Kamis, Mei 26, 2011

Tulang Rusuk oh Tulang Rusuk

Di lapak sebelah, Bulan Maria alias Lala menulis tentang bahwa dia tidak peduli dia tercipta dari tulang rusuk siapa, lelaki yang mana. ^_^ Bahwa konon ada dogma bahwa menikah itu ibadah, bahwa ada kepercayaan tentang setiap manusia punya pasangannya masing-masing sehingga menikah itu hukumnya kudu alias wajib. Bisa diklik di sini.


Lalu bagaimana dengan yang ternyata tak juga segera mendapatkan pasangan? Bagaimana pula dengan seorang laki-laki yang memiliki istri banyak? (Dia tak lagi memiliki tulang rusuk? karena telah dipakai olehNya untuk menciptakan perempuan-perempuan yang menjadi istrinya?)


Well, tulisan yang tentu bisa dimaknai lebih dari hanya satu interpretasi.



Anyway, aku penasaran dengan apa yang dia tulis 'fakta mengatakan jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki'. Hal ini membuatku browsing yang menghasilkan statistik di

sini

Total 119 630 913 (jumlah laki-laki) 118 010 413 (jumlah perempuan) 237 641 326 (jumlah total)



Check the site yah? Jelas bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dibanding jumlah perempuan.



TULANG RUSUK



Seorang komentator menyebutkan bahwa penciptaan Hawa (perempuan) dari tulang rusuk Adam (laki-laki) itu bermakna bahwa mereka setara sehingga mereka akan berjalan bersisian. Bukan dari kepala, juga bukan dari kaki, agar tidak menginjak maupun diinjak. Persis apa yang ditulis di puisinya Kahlil Gibran.



Maka aku pun berkomentar bahwa dalam Alquran tak ada satu ayat pun yang menyebutkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Jika ada hadits yang menyebutkan demikian maka hadits itu tentu merujuk ke Kitab-Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi-Nabi sebelum Muhammad. Dalam Jewish mythology disebutkan bahwa setelah menciptakan Adam, dan Adam kesepian di surga, Tuhan menciptakan manusia berjenis kelamin perempuan dari tanah, sama persis dengan Adam yang juga diciptakan dari tanah. Namanya Lilith. Konon karena sama-sama dibuat dari tanah, Lilith ini merasa setara dengan Adam. Jika berdebat dengan Adam, Lilith tidak pernah mau mengalah. Bahkan konon tatkala bercinta dan Adam menyuruh Lilith berbaring di bawahnya, Lilith pun protes keras. Maka Adam pun komplain kepada Sang Pencipta.



Tak mau membuat manusia ciptaanNya yang Dia bangga-banggakan di hadapan para malaikat maupun iblis ini merana, maka Tuhan pun membuang Lilith jauh-jauh. Sebagai gantinya, Tuhan menciptakan Hawa yang diambilkan dari tulang rusuk Adam. Merasa diciptakan dari tulang rusuk Adam, maka Hawa pun memiliki sifat penurut, mengalah dan sejenisnya. Adam pun bahagia hidup di surga bersama Hawa, sampai terjadi tragedi buah apel. Eh, khuldi yak?



Menyitir sebuah hadits misoginis yang menyebutkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, sedangkan 'tekstur' tulang rusuk itu bengkok, maka tidak heran jika perempuan pun 'bengkok' alias tidak lurus. Padahal Alquran kan mengatakan "jalanlah di jalan yang lurus". Maka yang bengkok-bengkok ini pun sifatnya 'salah'. Oleh sebab itu, hadits misoginis ini pun berbunyi, "Jika perempuan melakukan kesalahan, maka pukul lah ia agar lurus kembali." Nah ... holy shit banget kan?



What do you think of the background of my online buddy to write such a post?

What do you think of my idea when writing this? hihihihi ...



PT28 20.48 260511

Rabu, Mei 25, 2011

Jalur Sepeda dan Greenwash

Bermula dari status seorang online buddy, Agam Fatchurrochman, aku menulis ini. Statusnya berbunyi:

Jika greenwash adalah upaya mencuci kinerja buruk lingkungan dengan membuat kegiatan yang seolah-olah pro lingkungan, maka yg diresmikan Foke pagi ini dg jalur bersepeda 1,4 km di Blok M jelas greenwash. Hentikan pembangunan jalan tol, layang, perbaiki bis, angkutan umum, baru itu hijau. Foke off

Aku teringat sekitar satu tahun lalu Komunitas b2w Semarang bersibuk-ria mengadakan talk show yang membahas tentang pentingnya pembuatan bike lane atawa jalur sepeda di Semarang. Untuk hasil talkshow yang pertama, bisa dibaca di http://nana-podungge.blogspot.com/2010/04/jalur-sepeda-please.html Sedangkan untuk hasil talkshow yang kedua, bisa dibaca di http://nana-podungge.blogspot.com/2010/06/talk-show-jalur-sepeda-2.html Konon, pemerintah kota Semarang menjanjikan akan segera disediakan jalur sepeda di beberapa ruas jalan protokol di kota Semarang sebelum tahun 2012.

Para warga kota Semarang tentu tahu usaha pemerntah untuk menata ulang trotoar Jalan Pahlawan, dengan memindahkan para pedagang kaki lima dan membangun trotoar yang sangat indah. Katanya, di Jalan Pahlawan inilah nantinya jalur sepeda di kota Semarang yang pertama akan diresmikan.

trotoar 'baru' di sepanjang jalan Pahlawan Semarang

Kembali ke pernyataan Agam, pembangunan jalur sepeda ini nantinya akan benar-benar membangkitkan semangat warga kota Semarang untuk lebih mencintai lingkungan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, ataukah akan menjadi pajangan belaka? yang nota bene berarti hanya menghambur-hamburkan uang saja? Apalagi jika seperti yang dinyatakan oleh Agam, pemerintah tetap saja membangun jalan-jalan tol baru -- yang tentu tidak dibangun untuk sepeda; pemerintah tetap saja tidak meningkatkan kualitas dan fasilitas transportasi umum; pemerintah terus saja menggenjot import atau produksi kendaraan bermotor dan membiarkan para distributor kendaraan bermotor mengiming-imingi masyarakat untuk bisa membeli kendaraan bermotor baru dengan uang muka sangat minim; para pejabat pemerintah tidak memberikan contoh yang sangat signifikan untuk mengurangi penghambur-hamburan BBM,

Konon di Bandung jalur sepeda tidak benar-benar dimanfaatkan oleh para warga sehingga duit milyaran rupiah untuk membangun itu pun terkesan mubazir.

Dan komunitas b2w pun (yang mau tidak mau dibebani sebagai sebuah komunitas yang menjadi tolok ukur 'pahlawan' pengurangan polusi) dirajai oleh mereka yang hanya memedulikan (pemasukan kocek) kepentingan pribadi.

'ruang tunggu sepeda' di Jogja

Pun, ide yang pernah digulirkan oleh para founding father komunitas bersepeda ini -- menjembatani kaum the haves dan the haves not -- tetap mengawang di udara. Akankah?

GL7 15.55 250511

Kamis, Mei 12, 2011

Exhibionism

Dikarenakan sebuah komen di status seorang teman -- yang mengatakan bahwa ekspresi kebahagiaan itu menular -- aku jadi browsing kata 'exhibionist' di bing.com (sekali-sekali ngebing, ga nggoogle terus-terusan.) (Can you guess what happened as the background so that I was spurred to browse this 'outstanding' word? )

Dan, aku mendapatkan informasi yang membuatku terkaget-kaget. Seingatku -- atau setahuku dari pengalaman maupun bacaan -- kata exhibionist dihubungkan pada kaum laki-laki yang menderita disorder tertentu yang membuat mereka merasakan 'urge' yang sangat kuat untuk memamerkan alat genital mereka dan mostly kepada perempuan. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh kultur heteroseksual yang dianggap 'normal'. (Seolah-olah tidak ada orang homoseksual yang menderita disorder yang satu ini?) Namun di  Exhibionism justru memberikan informasi seperti ini:

Public exhibitionism by women has been recorded since classical times, often in the context of women shaming groups of men into committing, or inciting them to commit, some public action.[2] The ancient Greek historian Herodotus gives an account of exhibitionism from the fifth century BC in The Histories.

Perhatikan kata 'women' yang memang sengaja kutebalkan. Lho kok malah perempuan yang dituju sebagai pelaku pamer aurat ini?

Memang aku pernah membaca tudingan orang-orang pada para perempuan yang (kebanyakan) bekerja di media sebagai salah satu pelaku exhibionism tatkala muncul di depan publik dengan mengenakan pakaian terbuka. Sedangkan jika dilihat dari kacamata para feminis, kebanyakan dari mereka itu -- misal host infotainment -- merupakan korban para produser yang ingin menjual acara mereka agar lebih banyak ditonton khalayak ramai dengan cara memamerkan keseksian para host.

Yang juga mencengangkan adalah reaksi apakah yang diharapkan oleh para pelaku exhibionist. Dari riset yang didapatkan dari 185 pelaku exhibionist, ada enam jawaban teratas:

The most common response was
“Would want to have sexual intercourse” (35.1%),  
“No reaction necessary at all” (19.5%),
“To show their privates also” (15.1%),
“Admiration” (14.1%), and
“Any reaction” (11.9%).
Only very few exhibitionists chose
“Anger and disgust” (3.8%)
“Fear” (0.5%)

Padahal selama ini setahuku, para pelaku exhibionist itu konon akan mendapatkan kepuasan ketika orang yang mereka pameri menunjukkan ekspresi ketakutan atau jijik. Konon, alat genital mereka akan semakin tegak -- berlaku hanya kepada kaum berpenis tentu saja. Kebalikannya, mereka akan sangat kecewa tatkala yang mereka pameri menunjukkan ekspresi biasa saja, apalagi jika dibarengi dengan kata-kata cemoohan, "Hanya segitu yang kau punya tapi kau punya nyali untuk pamer? malu-maluin!"

Seorang rekan kuliah dulu bercerita pengalamannya tatkala duduk di samping seorang exhibionist di sebuah bus kota. Dia kebetulan duduk di pojok dekat jendela paling depan. Yang duduk di sebelah kirinya tiba-tiba membuka restleting celananya dan mengeluarkan alat genitalnya. Temanku yang jijik sebenarnya namun tak mau membuat orang itu mendapatkan kepuasan mental jika temanku menunjukkan ekspresi wajah jijik, berusaha setenang mungkin, berkata, "Hah? hanya segitu punyamu? malu-maluin!" Dan orang itu pun dengan serta merta menutup kembali celananya sambil menunjukkan wajah malu.

Jika dihubungkan dengan hasil riset yang dimuat di wikipedia, lho kok beda jauh ya? Apakah kultur Barat dan Timur membedakan?

GL7 15.05 120511
mooning = salah satu 'jenis' exhibionism