Senin, Desember 28, 2009

Bike to Work


Di beberapa tulisanku yang memiliki topik ‘b2w’ telah kutulis beberapa alasan mengapa sebaiknya orang bersepeda ke tempat kerja. Tiga alasan ‘klise’ itu yakni:

a. mengurangi polusi udara
b. mengurangi ketergantungan pada BBM
c. berolahraga di sela-sela kesibukan rutinitas sehari-hari

Sebagai salah satu ‘founding mother’ (karena aku perempuan LOL) Komunitas bike to work Semarang, aku melihat perkembangan jumlah anggota yang cukup membanggakan dari komunitas ini, dibandingkan tatkala kita pertama kali ‘mendeklarasikan’ berdirinya Komunitas bike to work Semarang di akhir Juni 2008. Saat ini ada dua divisi di bawah Komunitas b2w Semarang, yaitu divisi KOMSELIS (Komunitas Sepeda Lipat Semarang) dan divisi b2s (Bike to School).

‘Komselis’ direstui menjadi salah satu divisi b2w Semarang dengan harapan agar para ‘the haves’ melirik gaya hidup sehat ini. Mengapa ‘the haves’? Bahwa harga sepeda lipat di atas rata-rata sepeda ‘biasa’ tentu menjadi alasan utama. Jika para ‘the haves’ tidak lagi merasa gengsi untuk naik sepeda, diharapkan akan lebih banyak lagi mobil-mobil yang diistirahatkan di garasi rumah masing-masing. Tentu hal ini akan mengakibatkan berkurangnya polusi yang dihasilkan knalpot mobil-mobil tersebut.

‘B2s’ diresmikan menjadi salah satu divisi b2w Semarang dengan harapan agar lebih banyak lagi para siswa berangkat ke sekolah naik sepeda. Seperti yang telah jamak kita ketahui bersama sampai saat ini (terutama di kota Semarang), masih banyak siswa-siswi SMP yang berangkat sekolah naik sepeda. Namun, begitu mereka melanjutkan ke bangku SMA, dengan alasan yang tidak jelas siswa-siswi itu mulai meninggalkan sepeda sebagai sarana berangkat ke sekolah. Bisa jadi jarak sekolah mereka lebih jauh dari rumah sehingga mereka khawatir kelelahan tatkala sampai sekolah, atau mungkin mereka memiliki lebih banyak kegiatan ekstra kurikuler setelah duduk di bangku SMA, yang membuat mereka harus lebih ‘mobile’ sehingga mereka lebih memilih naik motor atau kendaraan umum. Namun tidak jarang mereka hanya beralasan ‘jaim’ atau jaga image. “Sudah tambah besar, masak bersepeda melulu?” Untuk alasan yang terakhir inilah diharapkan dengan adanya divisi ‘b2s’, dengan dibuatkan bike tag ‘BIKE TO SCHOOL’ diharapkan para siswa siswi itu merasa bangga bersepeda ke sekolah, karena mereka menjadi ‘pahlawan lingkungan’.

Ide yang sangat indah bukan?
Akan tetapi tahukah kita para ‘pahlawan lingkungan yang bangun kesiangan’ ini tentang apa yang ada di benak para ‘founding fathers’ b2w pusat? Seorang narasumber yang layak dipercaya mengatakan bahwa ide utama mendirikan komunitas b2w ini justru untuk merangkul para kaum ‘cilik’ yang hanya mampu menaiki sepeda dalam kegiatan mereka bekerja sehari-hari: misal para penjual siomay yang menjajakan dagangannya dengan naik sepeda.

Tentu kita telah mahfum bahwa jalan raya sering kali diklaim sebagai milik mereka yang mengendarai kendaraan bermotor, misal mobil dan sepeda motor. Mereka sering tidak menghormati hak para pengguna jalan yang lain, yang naik sepeda, maupun para pejalan kaki. Mereka sering dengan arogan memencet klakson kepada para pengendara sepeda tatkala mereka berpikir betapa para pengendara sepeda itu membuat perjalanan mereka terganggu karena lambatnya sepeda melaju. (Aku ingat curhat seorang teman yang dipepet oleh sebuah bus yang melaju dengan kencang di satu pagi, di sebuah jalan yang cukup padat. Sang kondektur bus dengan semena-mena berteriak kepadanya, “Kalau naik sepeda tuh jangan di tengah jalan!” Boro-boro di tengah jalan, orang dia sudah sangat mepet dengan bahu trotoar! Dasar temanku yang suka bercanda aja, maka dia balas omelan kondektur bus itu dengan berteriak, “Lha mosok pit-pitan kudu ning nduwur kasur?” atau “Lha apa harus naik sepeda di atas tempat tidur?”)

Menurut laporan beberapa praktisi b2w bahwa setelah mereka memasang bike tag ‘b2w’ di bawah sadel sepeda, para pengguna jalan lain lebih menghormati mereka, maka sudah selayaknya lah para ‘kaum cilik’ itu lebih dimanusiakan meski mereka hanya naik sepeda. Apalagi jika dengan semakin banyaknya para pengendara sepeda, sehingga pemerintah pun diharapkan tergerak hatinya untuk menyediakan BIKE LANE – jalur khusus untuk para pengendara sepeda – semua pengguna jalan akan benar-benar saling menghormati.

Komunitas b2w tidak selayaknya menjadi sebuah komunitas yang eksklusif, dimana para anggotanya hanya untuk mereka yang mengendarai sepeda bermerk P*****N, G***T, atau pun jenis-jenis sepeda mahal yang lain, atau pun hanya untuk mereka yang mampu membeli helm sepeda (yang terbukti harganya jauh lebih mahal dibanding helm sepeda motor) dan perlengkapan atau pun aksesoris sepeda yang lain. Komunitas b2w selayaknya menjadi komunitas perekat mereka para the haves dan para ‘kaum cilik’, untuk kemudian sama-sama mewujudkan lingkungan yang lebih bersih.
So??? Apapun sepedamu, MARI KITA BERSEPEDA KE TEMPAT KITA MELAKUKAN AKTIVITAS KITA SEHARI-HARI.

Nana Podungge
PT56 12.32 261209