Di bawah ini adalah sebuah tulisan lama, kutulis empat tahun yang lalu, kuimpor dari alamat
http://afemaleguest.blog.f
Mengapa laki-laki dianggap NORMAL untuk memiliki nafsu yang tinggi dan berhak mengumbarnya? Kebalikannya mengapa perempuan diyakini seolah-olah tidak memiliki nafsu? Atau kalau pun memiliki, mengapa perempuan harus selalu menahan nafsunya sekuat tenaga?
Semua KONON berasal dari kejatuhan Adam dan Hawa ke dunia fana ini. Adam dan Hawa yang sedang enak-enaknya hidup di surga yang konon dipenuhi dengan segala hal-hal yang enak-enak, sehingga mereka berdua tak perlu kekurangan suatu apa tahu-tahu harus terlempar ke bumi yang fana ini, yang mengharuskan mereka berdua bekerja keras untuk bisa bertahan hidup. Kejatuhan Adam dan Hawa ini konon disebabkan oleh bujuk rayu setan kepada Hawa untuk makan buah khuldi (well, dalam cerita di Al-Quran, begitulah nama buah itu disebut). Setan berhasil membujuk Hawa, dan kemudian Hawa berhasil membujuk Adam.
Konon Tuhan sangat marah yang kemudian melemparkan mereka ke bumi. Sebagai tambahan hukuman kepada Hawa, sang penggoda, Tuhan memberi dua macam hukuman kepada Hawa, yakni, Hawa akan merasakan kesakitan tatkala melalui fase-fase tertentu dalam hidupnya, untuk menunjukkan kekedewasaannya dan perempuan HARUS mampu menahan hawa nafsunya (terbukti Hawa telah gagal menahan hawa nafsunya dan tergoda rayuan setan.)
Begitulah. Hawa kemudian diwakili oleh seluruh perempuan yang ada di muka bumi ini. Fase pertama seorang perempuan beranjak ke akil balik adalah menstruasi. Pengalaman pertama mengalami menstruasi bagi seorang perempuan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan, penuh kebingungan tatkala tiba-tiba darah keluar dari bagian tertentu tubuhnya, disertai dengan sakit perut, yang kadang bagi sebagian perempuan sakitnya tak tertahankan, ketidaknyamanan secara fisik dan psikis pun melanda.
Fase kedua adalah tatkala melakukan hubungan seks yang pertama. Konon semua perempuan akan mengalami kesakitan yang luar biasa ketika ada satu benda tumpul dipaksa untuk memasuki lubang vaginanya. (Bayangin aja, sekian puluh tahun lubang itu tertutup rapi, bahkan mungkin tak bercelah, dan tiba-tiba ada benda asing memasukinya secara paksa. Jelas sakit!)
Fase ketiga adalah tatkala melahirkan. Tak ada satu pun perempuan yang tidak mengeluh kesakitan ketika dia melahirkan secara alami, bukan lewat operasi caesar.
“Hukuman“ yang kedua adalah bahwa perempuan HARUS selalu menahan hawa nafsunya, seberapa pun inginnya dia melakukan hubungan seks. Perempuan yang tidak dapat menahan hawa nafsu, akan diberi “label” perempuan murahan, bitch, bukan perempuan baik-baik dan lain lain yang sama sekali tidak mengenakkan telinga.
Kebalikan dari hukuman yang ditimpakan kepada Hawa, Adam diberi “hadiah”. Tatkala memasuki fase kehidupan akil balik, seorang laki-laki akan bermimpi basah. Dan katanya, sekali lagi, katanya, (karena aku sendiri tidak mengalaminya, LOL) mimpi basah itu uenak. LOL. Demikian juga tatkala melakukan hubungan seks yang pertama; perempuan merasakan kesakitan, laki-laki, enak-enak aja. (Bener nggak yah? LOL. Someone out there, a guy, tell me please??? LOL.)
Hadiah berikutnya, jika perempuan HARUS menahan hawa nafsunya, laki-laki BOLEH mengumbarnya kapan saja mereka menginginkannya. Bahkan jika laki-laki mampu menunjukkan kemampuannya mengumbar hawa nafsunya, dia akan diberi “label” jagoan, perkasa, dll yang memuakkan itu. (well, bagiku, MEMUAKKAN)
MITOS inilah yang melatarbelakangi bahwa laki-laki memang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu yang tinggi sedangkan perempuan rendah. Karena hawa nafsu yang tinggi ini, kemudian akan dimaklumi jika mereka selalu memandang perempuan sebagai objek seks dan kemudian mengumbar nafsunya di mana pun mereka berada. Perempuan yang memang sudah terbiasa menahan hawa nafsunya dengan sekuat tenaga, mereka menjadi merasa memang tidak memiliki hawa nafsu setinggi laki-laki, selain juga keengganan untuk dicap sebagai bitch, perempuan murahan.
Tatkala mulai muncul gigolo, PSK laki-laki, di pertengahan abad 20, hal ini menunjukkan bahwa sebenanrnya perempuan pun memiliki nafsu yang tinggi, sama tingginya dengan laki-laki, kalo mereka mau mengakui. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai, jika perempuan yang memiliki hawa nafsu sama tingginya dengan laki-laki bisa menahan nafsunya, dan tidak menganggap laki-laki sebagai objek seks, SEHARUSNYA laki-laki pun mampu menahan nafsunya, sehingga tidak perlu terjadi pelecehan seksual kepada perempuan YANG TIDAK MENYEDIAKAN DIRINYA UNTUK DILECEHKAN. Jika semua laki-laki bisa menahan nafsu, dan menjaga otaknya dari pikiran kotor, tak perlu lagi ada RUU APP yang hanya menempatkan perempuan sebagai kriminal hanya gara-gara berpakaian yang DIANGGAP VULGAR.
Kembali ke dongeng Adam dan Hawa. Konon Hawa diciptakan sebagai manusia yang kedua. Dalam buku yang berjudul “Setara di hadapan Allah”, Riffat Hassan dan Fatima Mernissi mementahkan interpretasi bahwa Hawa adalah manusia yang diambilkan dari rusuk Adam. Bagi yang tertarik untuk mempelajarinya, cari aja bukunya di toko buku. LOL. Atau cari aja di internet versi bahasa Inggrisnya.
Seorang teman yang beragama Kristiani mementahkan mengapa Hawa yang disalahkan dengan kejatuhan nenek moyang kita itu ke bumi dengan mengatakan, bahwa Hawa, sebagai seseorang yang berfungsi sebagai pelengkap, teman, pembantu bagi Adam, tentu memiliki tingkat intelektualitas yang sama tingginya dengan Adam, atau bisa jadi lebih tinggi. Hal ini untuk mementahkan kepercayaan bahwa laki-laki kedudukannya lebih tinggi dari pada perempuan (ciptaan yang kedua tentu lebih sempurna dibanding yang pertama, lelucon kanak-kanak mengatakan begitu. LOL.) Adam seharusnya mampu menggunakan intelektualitasnya untuk menolak bujukan Hawa. Kesalahan ada pada Adam yang tidak menggunakan kemampuan berpikirnya, dan kemudian memakan buah terlarang itu.
17.03 09042006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar