Sabtu, Februari 28, 2009

Look Who's Talking


 

 

Berbincang tentang feminisme, aku jadi teringat di awal-awal aku ‘menemukan’ cara pandang yang menurutku sangat mencerahkan ini, di pertengahan tahun 2003. Maklum a newbie yang naive, aku akan mudah terprovokasi untuk membeli sebuah buku hanya dengan ada kata ‘feminis’ atau ‘feminisme’ di judulnya, tanpa melihat siapa penulisnya. Alhasil, aku pernah sangat kecewa setelah membeli sebuah buku, tanpa mengecek daftar isi, ataupun melihat isi secara sekilas. Setelah sampai rumah dan membaca, ternyata buku itu ditulis oleh seorang perempuan, dosen di sebuah universitas terkenal di Bandung, yang memandang feminisme dari kacamata patriarki, dan merupakan seseorang yang anti-kesetaraan, yang menganggap bahwa berjuang demi kesetaraan bagi perempuan justru akan menyengsarakan perempuan sendiri, dan bahkan melecehkan diri sendiri ke lembah nista. (opo kuwi? LOL.)

 

Sejak itu kenaifanku berkurang. Sedikit. LOL. Aku berusaha melihat ‘who is talking?’ atau ‘who is writing?’

 

Beberapa minggu lalu, aku menemukan seorang perempuan yang tinggal di Malaysia memberikan link ke blogku yang berlabel ‘polygamy’ di blognya. Aku pikir dia tentu supportive pada cara pandangku yang anti-polygamy. Setelah berkunjung ke blognya, membaca sedikit pengantar yang dia tulis, goodness, ternyata dia adalah seorang pendukung poligami sejati. LOL. You can imagine dia tidak bisa memahami bahwa praktek poligami merupakan pelecehan kaum perempuan. Contoh: laki-laki berhak memiliki lebih dari 1 istri, perempuan tidak boleh memiliki lebih dari 1 suami. Laki-laki bisa berganti teman tidur setiap malam, perempuan hanya bisa memeluk guling dan bantal sementara suami paruh waktunya memeluk dan mencumbu perempuan (istri) lain. Emang enak?

 

Mungkin perempuan Malaysia itu tidak membaca tulisan-tulisan di blogku yang kuberi label ‘polygamy’ secara teliti.

 

‘Look who is talking’ ini pun tentu saja sangat berlaku dalam melihat sebuah tulisan dimuat di site mana. Website dan milis JIL merupakan salah satu rujukanku untuk mencari tulisan ilmiah berbobot yang berhubungan dengan agama Islam. Beberapa hari yang lalu di sebuah milis aku membaca sebuah artikel dengan topik ‘multikulturalisme’, sebuah artikel yang dicomot dari sebuah website yang sering memandang sinis JIL sebagai perpanjangan tangan Amerika, aku langsung mempersiapkan mental untuk membaca sebuah tulisan dari seseorang yang dengan sengaja menutup pikiran dan mata hatinya dari kemungkinan menjadi seorang yang toleran, yang lebih memilih the so-called jihad ketimbang perdamaian di dunia ini.

 

Hal ini mengingatkanku pada diskusi di salah satu kelasku beberapa minggu yang lalu. Dalam Alquran Allah telah berfirman bahwa Dia menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita semua saling mengenal dengan baik, bergaul dengan baik, dan bukannya agar berperang ‘membela kebenaran’ (kebenaran menurut siapa?). Aku percaya dengan segala kemahaan-Nya, Allah tentu sangat mampu dan berkuasa untuk membuat seluruh manusia di muka bumi ini untuk menjadi Islam, dalam satu kali kedipan mata. Namun toh setelah sekian ratus abad berlalu, Islam tetaplah bukan satu-satunya agama samawi yang eksis di dunia ini. Mengapa? Allah memang menghendaki hal ini terjadi, sesuai dengan firman-Nya, ‘Dia menciptakan manusia berbeda-beda, dan bukannya sama semua’.

 

So? What seems to be the problem with ‘multikulturalisme’ sehingga dirasa MUI perlu untuk memfatwakannya haram? Kepengen lebih berkuasa di dunia ini daripada Allah ya?

 

Nana Podungge

PT56 23.14 220209

 


2 komentar:

  1. aku bukan penganut poligami dan pengetahuanku tentang Islam masih kurang mbak, tapi menurut beberapa surat dlm Al Qur'an yang sudah aku baca tafsirnya poligami diijinkan dengan tujuan kalau aku nggak lupa sih justru agar perempuan2 terlindungi dari nafsu bejat para lelaki hidung belang dan poligami merupakan solusi yang diberikan pada Allah SWT bagi mereka yang tidak mampu menahan nafsu dan takut azab Allah (alias bagi orang2 yang beriman dan bukan sembarang orang). itu sekelumit pengetahuan yang aku pahami, selebihnya wallahu a'lam bishawab. kalo mau cek coba mbak nana baca Al Qur'an dari awal sampai akhir, untuk tepatnya di surat dan ayat mana aku lupa he..he..

    BalasHapus
  2. Dear Indri,
    Cobalah kembali baca judul tulisanku ini "LOOK WHO'S TALKING". Untuk yang kamu tulis di atas--tentang interpretasi surat Annisa ayat 3 bahwa poligami dibolehkan oleh karena bla bla bla--aku sudah tahu sejak aku duduk di bangku SD.
    Semenjak aku 'menempa' diri menjadi seorang feminis, membaca 'interpretasi ulang' tentang ayat yang sama, ternyata ada tiga sudut pandang tetnang ayat yang sama itu.
    Pertama, seperti yang kamu tuliskan. Yakni boleh.
    Kedua, dianjurkan. Hampir mirip seperti yang kamu tulis di atas, tapi lebih ekstrim, lebih mengakui bahwa laki-laki adalah makhluk yang tidak bisa menjaga hawa nafsu. LOL.
    Ketiga, mengharamkan. Cara interpretasi yang ini tidak berhenti di ayat yang ketiga saja, tapi dilanjutkan di ayat yang berikutnya.
    Kalau mau diskusi lebih lanjut, boleh saja. Sekarang aku sedang di kantor, ga bisa lama-lama berblogging ria. Or else ... LOL.

    BalasHapus