Depresi karena tugas kantor yang bejibun pada libur akhir tahun ~ bayangkan saja, membuat program plan 10 buah, plus lesson plannya, 10 mata pelajaran yang berbeda pula, dan harus diselesaikan dalam waktu kurang lebih 2 minggu ~ pada hari Jumat 24 Desember 2010 aku online di YM. (Background: aku amat sangat jarang online di YM, kalaupun online, aku lebih suka memilih 'invisible mode' agar ga kebanjiran disapa orang. *sok ngetop lah yaw*)
Ada dua orang yang menyapaku yang menarik untuk kutulis di sini. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Kuberi saja inisial A, dan B.
A menyapa sekitar pukul 10.30. Setelah berbasa-basi ini itu, itu ini, dia akhirnya izin offline karena akan mempersiapkan diri ke masjid untuk shalat Jumat.
B menyapaku sekitar pukul 11..30. Tak lama kemudian setelah berbasa-basi, aku bertanya kepadanya, "Mau siap-siap berangkat shalat Jumat kah?"
Dia jawab pendek, "Sudah pernah..."
wakakakakakakakakakaka ...
Dan akhirnya kita pun ngobrol ngalor ngidul mengenai sekulerisme, relijiusitas, dan lain sebagainya itu. Dan berhubung online buddy-ku satu ini narsis dengan tulisan-tulisannya (lol) dia pun promosi beberapa tulisannya kepadaku lewat link-link yang dia sertakan. (dia ngeblog di Multiply) Tulisan-tulisannya yang berbau sekularis pluralis ...
Setelah merasa cukup berbincang-bincang, kita off.
Beberapa saat kemudian, aku disapa A di chatbox di FB. Aku bertanya, "bagaimana shalat Jumatnya tadi?"
A menjawab, "Sangat mencerahkan, seperti kalau aku habis membaca tulisan-tulisan Ms. Nana."
NAH LO? aku selalu merasa tulisan ~ atau ceramah ~ yang mencerahkan tuh yang sejenis tulisan-tulisan B, tentang sekulerisme. Lah kalau khutbah Jumat? :-P
By the way busway, udah lama ga nulis buat blog, aku menulis ini untuk sekedar yahh ... ngeluarin sampah-sampah di otak. LOL.
PT56 14.33 02.1.111
--------- --------- --------- ---------
Ada dua orang yang menyapaku yang menarik untuk kutulis di sini. Keduanya berjenis kelamin laki-laki. Kuberi saja inisial A, dan B.
A menyapa sekitar pukul 10.30. Setelah berbasa-basi ini itu, itu ini, dia akhirnya izin offline karena akan mempersiapkan diri ke masjid untuk shalat Jumat.
B menyapaku sekitar pukul 11..30. Tak lama kemudian setelah berbasa-basi, aku bertanya kepadanya, "Mau siap-siap berangkat shalat Jumat kah?"
Dia jawab pendek, "Sudah pernah..."
wakakakakakakakakakaka ...
Dan akhirnya kita pun ngobrol ngalor ngidul mengenai sekulerisme, relijiusitas, dan lain sebagainya itu. Dan berhubung online buddy-ku satu ini narsis dengan tulisan-tulisannya (lol) dia pun promosi beberapa tulisannya kepadaku lewat link-link yang dia sertakan. (dia ngeblog di Multiply) Tulisan-tulisannya yang berbau sekularis pluralis ...
Setelah merasa cukup berbincang-bincang, kita off.
Beberapa saat kemudian, aku disapa A di chatbox di FB. Aku bertanya, "bagaimana shalat Jumatnya tadi?"
A menjawab, "Sangat mencerahkan, seperti kalau aku habis membaca tulisan-tulisan Ms. Nana."
NAH LO? aku selalu merasa tulisan ~ atau ceramah ~ yang mencerahkan tuh yang sejenis tulisan-tulisan B, tentang sekulerisme. Lah kalau khutbah Jumat? :-P
By the way busway, udah lama ga nulis buat blog, aku menulis ini untuk sekedar yahh ... ngeluarin sampah-sampah di otak. LOL.
PT56 14.33 02.1.111
--------- --------- --------- ---------
Tulisan lama, hasil obrolan dengan online buddy -- B -- yang kusebut di tulisan sebelum ini. Kucoba cari di blog engga ada, ah, ternyata aku ga sempat bikin 'back-up'nya di blog, untunglah, aku ingat kalau tulisanku yang ini pernah dimuat di http://superkoran.info/ Aku cari disana, ketemu dah.
So? kupost di sini lagi deh. :)
http://www.apakabar.ws/content/view/3027/88888889/
Berikut ini aku akan menulis sedikit perbincangan dengan seorang online buddy di MP, orang yang sama yang mengatakan “Pasal berapa di UUD 1945 yang menyatakan bahwa warga negara wajib memilih satu agama? Dasar negara kita kan “hanya” berketuhanan yang maha esa. Itu saja. Kalau warga negara merasa diwajibkan memilih satu agama, itu berarti negara telah melakukan tindak kekerasan.”
Dari beberapa postingan di blognya yang kubaca, aku bisa menyimpulkan bahwa dia telah mempelajari beberapa “kitab suci”, Alquran, Injil, dan mungkin Weda, plus yang lain lagi, hanya saja aku lupa. Tatkala obrolan kita sampai yang kutulis di atas, dia pun lantas bercerita pengalamannya ketika dia ditawari untuk bergabung dengan sebuah komunitas motor antik.
Berhubung dia cinta naik motor antik, dia pun ditawari oleh temannya untuk bergabung dengan MACI.
“Tapi aku ga jadi gabung Jeng karena ada kolom yang menurutku ga selayaknya ada di formulir pendaftaran itu,” katanya.
Karena penasaran, maka aku pun bertanya, “Hmm ... boleh aku tahu apa itu Kang?”
Dengan lugas dia menjawab, “Agama.”
Kontan tertawaku meledak. Nampaknya ‘agama’ adalah satu hal yang sangat sensitif baginya.
Dengan reflek, aku bertanya, “Memang agamamu apa sih Kang, kalo aku boleh tahu?”
“Tuh kan, Jeng Nana sudah mulai memasuki ranah pribadiku dengan bertanya hal itu.” Jawabnya ngeles. LOL.
“Oooops sorry!” kataku langsung.
Kemudian dia lanjutkan komplainnya, “Satu hal yang sangat penting diketahui malah justru tidak ada dalam formulir pendaftaran itu.”
“Apaan tuh Kang?” tanyaku penasaran.
“Golongan darah ...” jawabnya.
“Mengapa bagimu itu penting Kang?” tanyaku (sok) lugu.
Sayangnya saat itu koneksi internet sedang lelet, sehingga komunikasi agak tersendat. Namun otakku langsung bekerja dan menemukan jawabannya.
“Karena kegiatan MACI berkaitan erat dengan menaiki motor antik mutar-mutar kesana kemari, maka kecelakaan adalah satu hal yang sangat rentan terjadi?” tanyaku padanya.
“THAT’S IT, Jeng Nana sudah tahu jawabannya. Jika terjadi kecelakaan, terus kita bawa sang korban ke rumah sakit, apakah dokter/suster akan bertanya, “agamanya apa?” atau “golongan darahnya apa?”
Sayangnya setelah itu dia menghilang, mungkin akses internetnya benar-benar lelet. Atau punyaku yang lelet ya? LOL. Kita tidak melanjutkan obrolan menarik ini, sampai sekarang. LOL.
--------- ---------- --------- ----------
Waduuuuhhh??? ternyata obrolan belum selesai toh waktu itu? yahhh ... tahu gitu kemarin hari Jumat tak lanjutin ya? hehehehehe ...
PT56 15.11 02.1.11
So? kupost di sini lagi deh. :)
http://www.apakabar.ws/content/view/3027/88888889/
Berikut ini aku akan menulis sedikit perbincangan dengan seorang online buddy di MP, orang yang sama yang mengatakan “Pasal berapa di UUD 1945 yang menyatakan bahwa warga negara wajib memilih satu agama? Dasar negara kita kan “hanya” berketuhanan yang maha esa. Itu saja. Kalau warga negara merasa diwajibkan memilih satu agama, itu berarti negara telah melakukan tindak kekerasan.”
Dari beberapa postingan di blognya yang kubaca, aku bisa menyimpulkan bahwa dia telah mempelajari beberapa “kitab suci”, Alquran, Injil, dan mungkin Weda, plus yang lain lagi, hanya saja aku lupa. Tatkala obrolan kita sampai yang kutulis di atas, dia pun lantas bercerita pengalamannya ketika dia ditawari untuk bergabung dengan sebuah komunitas motor antik.
Berhubung dia cinta naik motor antik, dia pun ditawari oleh temannya untuk bergabung dengan MACI.
“Tapi aku ga jadi gabung Jeng karena ada kolom yang menurutku ga selayaknya ada di formulir pendaftaran itu,” katanya.
Karena penasaran, maka aku pun bertanya, “Hmm ... boleh aku tahu apa itu Kang?”
Dengan lugas dia menjawab, “Agama.”
Kontan tertawaku meledak. Nampaknya ‘agama’ adalah satu hal yang sangat sensitif baginya.
Dengan reflek, aku bertanya, “Memang agamamu apa sih Kang, kalo aku boleh tahu?”
“Tuh kan, Jeng Nana sudah mulai memasuki ranah pribadiku dengan bertanya hal itu.” Jawabnya ngeles. LOL.
“Oooops sorry!” kataku langsung.
Kemudian dia lanjutkan komplainnya, “Satu hal yang sangat penting diketahui malah justru tidak ada dalam formulir pendaftaran itu.”
“Apaan tuh Kang?” tanyaku penasaran.
“Golongan darah ...” jawabnya.
“Mengapa bagimu itu penting Kang?” tanyaku (sok) lugu.
Sayangnya saat itu koneksi internet sedang lelet, sehingga komunikasi agak tersendat. Namun otakku langsung bekerja dan menemukan jawabannya.
“Karena kegiatan MACI berkaitan erat dengan menaiki motor antik mutar-mutar kesana kemari, maka kecelakaan adalah satu hal yang sangat rentan terjadi?” tanyaku padanya.
“THAT’S IT, Jeng Nana sudah tahu jawabannya. Jika terjadi kecelakaan, terus kita bawa sang korban ke rumah sakit, apakah dokter/suster akan bertanya, “agamanya apa?” atau “golongan darahnya apa?”
Sayangnya setelah itu dia menghilang, mungkin akses internetnya benar-benar lelet. Atau punyaku yang lelet ya? LOL. Kita tidak melanjutkan obrolan menarik ini, sampai sekarang. LOL.
--------- ---------- --------- ----------
Waduuuuhhh??? ternyata obrolan belum selesai toh waktu itu? yahhh ... tahu gitu kemarin hari Jumat tak lanjutin ya? hehehehehe ...
PT56 15.11 02.1.11
hmmm menarik sih... tapi kepanjangan hehehe :)
BalasHapus