Apa itu Female Genital Mutilation
Terdapat beberapa definisi mengenai Female Genital Mutilation (FGM):
1. Berdasarkan WHO information fact sheet No.241 June 2000, FGM merupakan semua prosedur termasuk pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari organ genital perempuan atau tindakan melukai lainnya terhadap organ genital perempuan baik untuk alasan budaya, agama, atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan penyembuhan
2. Berdasarkan fact sheet no.23, Harmful Traditional Practices Affecting the Health of Women and Children yang dikeluarkan oleh Office of the High Commissioner for Human Rights, FGM adalah istilah yang dipakai mengacu pada tindakan pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh bagian organ genital perempuan yang paling sensitif.
3 Berdasarkan Stedman's medical Dictionary, 26th Edition, 1995 mutilasi didefinisikan sebagai perusakan atau tindakan melukai dengan mengangkat atau merusakkan bagian-bagian yang nyata terlihat atau bagian penting dari tubuh
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa FGM adalah segala prosedur atau tindakan yang ditujukan untuk menghilangkan dan melukai sebagian atau seluruh organ genital dari perempuan.
Asal Mula Female Genital Mutilation
Menurut pendapat beberapa ahli, pada awalnya FGM berasal dari Mesir. Tujuan dilakukannya FGM ini adalah sebagai perayaan saat seorang perempuan mencapai kedewasaan. Praktik ini merupakan akulturasi budaya antara penduduk Romawi yang waktu itu banyak tinggal di Mesir.
Dahulunya masyarakat Romawi mempraktikkan FGM ini pada perempuan kalangan budak untuk meningkatkan daya jual mereka di pasar. Masyarakat Mesir kemudian mengadopsi kebudayaan ini dengan tujuan membuat perempuan-perempuan Mesir lebih diminati sekaligus untuk menjaga keperawanan. Selanjutnya FGM berkembang menjadi tradisi religi dan mulai dipraktikkan oleh kelompok agama dan seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini menjadi populer dan agama bukanlah satu-satunya alasan FGM dilakukan.
Tipe-Tipe Female Genital Mutilation
Ada empat macam tipe FGM menurut fact sheet no.23, Harmful Traditional Practices Affecting the Health of Women and Children:
1. Tipe I : Sirkumsisi (Circumcision)
Menghilangkan bagian permukaan, dengan atau tanpa diikuti pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari klitoris. Ketika prosedur ini dilakukan terhadap bayi perempuan atau anak kecil perempuan, bisa jadi bagian atau keseluruhan dari klitoris dan sekeliling jaringan (tissues) akan terbuang.
2. Tipe II : Eksisi (Excission)
Pengangkatan klitoris diikuti dengan pengangkatan sebagian atau seluruh bagian dari labia minora.
3. Tipe III : Infabulasi (Infibulation)
Merupakan excission yang diikuti dengan pengangkatan labia mayora serta menempelkan kedua sisi vagina dengan jalan menjahit atau menyatukan secara alami jaringan yang terluka dengan mempergunakan media berupa duri, sutera, atau benang dari usus kucing. Pada infabulation akan ditinggalkan lubang yang sangat kecil (kurang lebih sebesar kepala korek api) yang dipergunakan untuk sekresi dan keluarnya cairan menstruasi.
4. Tipe IV : Introsisi (Introcission)
Jenis FGM yang dipraktikkan oleh suku Pitta-Pitta Aborigin di Australia, dimana pada saat seorang perempuan mencapai usia puber, maka seluruh suku akan dikumpulkan dan seseorang yang dituakan dalam masyarakat akan bertindak sebagai pemimpin prosedur FGM. Lubang vagina perempuan tersebut akan diperlebar dengan jalan merobek dengan menggunakan tiga jari tangan yang diikat dengan tali dan sisi lain dari perineum yang akan dipotong dengan menggunakan pisau batu. Ritual ini biasanya akan diikuti dengan aktivitas seksual secara paksa dengan beberapa lelaki muda. Selain di Australia, introcission juga dipraktikkan di Meksiko Timur, Brazil, Peru, dan suku Conibos. Serta sebagian dari suku Pano Indian di bagian tenggara. Pada suku-suku tersebut operasi dilaksanakan oleh seorang perempuan yang dituakan dengan menggunakan pisau bambu, perempuan ini akan memotong jaringan sekitar selaput dara serta mengangkat bagian labia pada saat yang bersamaan membuka klitoris, tumbuhan obat akan dipergunakan untuk menyembuhkan diikuti dengan memasukkan objek berbentuk penis yang terbuat dari tanah liat.
Prosedur dan Usia Dilakukannya Female Genital Mutilation
Tidak ada prosedur standar dalam melakukan FGM, karena prosedur yang dipraktikkan oleh masyarakat dunia sangatlah bervariasi tergantung pada daerah, kebiasaan masyarakat serta adat-istiadat dimana perempuan tersebut tinggal. Sebagai contoh prosedur introcission yang dipraktekkan oleh suku Pitta-Patta Aborigin di Australia sangatlah berbeda dengan prosedur introcission yang dipraktekkan di Meksiko. Menurut Amnesti Internasional terdapat prosedur secara umum mengenai proses dilakukannya FGM yaitu:
1. Seorang perempuan yang akan melakukan FGM akan disuruh duduk di dalam air dingin untuk mematikan rasa di daerah yang akan dipotong serta mengurangi kemungkinan pendarahan. Pada umumnya perempuan tersebut tidak akan diberikan penghilang rasa sakit, perempuan tersebut akan dibuat tidak bergarak dengan cara dipegangi oleh perempuan-perempuan yang lebih tua, kaki perempuan tersebut akan
dibuka dengan lebar sehingga bagian vagina akan terekspos.
2. Mutilasi akan dilakukan dengan mempergunakan alat pemotong seperti pecahan kaca, besi tipis, gunting, silet atau benda-benda tajam lainnya. Bila tipe FGM yang dilakukan adalah infabulasi maka duri atau jahitan yang akan dipergunakan untuk menahan serta merapatkan kedua sisi dari labia mayora dan labia minora yang telah dipotong dengan terlebih dahulu menyelipkan bambu atau kayu untuk menciptakan lubang pada daerah yang dirapatkan.
3. Selanjutnya perempuan tersebut akan diikat kakinya dan dibiarkan tergantung selama kurang lebih 40 hari, untuk menyembuhkan luka penggunaan bubuk antiseptik dimungkinkan, tetapi biasanya dipergunakan salep yang mengandung campuran tumbuh-tumbuhan obat, susu, telur, abu atau kotoran yang dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan.
Bagi perempuan yang diinfabulasi tidak akan memiliki besar lubang vagina yang normal, lubang vagina ini menjadi sangat kecil kira-kira hanya sebesar kepala korek api dan tidak mungkin melakukan aktifitas seksual. Hal ini dimungkinkan karena tujuan utama dari dilakukannya infabulasi adalah menjaga keperawanan perempuan yang belum menikah.
Bila perempuan yang diinfabulasi hendak melakukan aktivitas seksual, maka ia harus dibuka kembali (defibulasi), dan nantinya dibuka lebih lebar lagi untuk kepentingan persalinan. Pada banyak kebudayaan, defibulasi ini akan dilakukan oleh seorang suami setelah mengetahui bahwa pengantinnya masih perawan. Proses defabulasi ini dilakukan dengan mempergunakan alat-alat tajam ataupun kuku dari sang suami sendiri. Defulasi oleh bidan hanya dilakukan bila sang suami mengijinkan. Proses ini dilakukan berulang-ulang sehingga perempuan juga akan merasakan kesakitan dan penderitaan yang berulang-ulang apalagi nantinya akan sangat berisiko terkena penyakit.
Mengenai tempat, pelaksanaan FGM ini biasanya dilakukan di rumah pribadi, tetangga, kerabat, pusat kesehatan, atau bila FGM dianggap sebagai proses inisiasi maka akan dipilih sungai atau pohon tertentu.
Prosedur FGM ini sangatlah menyakitkan, baik pada saat prosedur dilaksanakan maupun pada masa setelah prosedur selesai. Tetapi anehnya sebagian besar pelaku FGM adalah perempuan sendiri dan hanya sedikit kebudayaan yang memungkinkan prosedur ini dilakukan pria. Seperti halnya prosedur usia dilakukannya FGM juga bervariasi namun pada umumnya FGM biasa dipraktekkan pada perempuan yang berumur 4 sampai 10 tahun, walaupun di beberapa komunitas tertentu FGM ini dipraktekkan pada masa bayi atau ditunda sampai seorang perempuan akan menikah. Pada beberapa tempat terutama di pedesaan, orang yang melakukan pemutilasian ini yaitu dukun mutilasi atau bidan akan mendapat upah walaupun proses pelaksanaannya tanpa obat bius. Dalam proses FGM biasanya digunakan beberapa alat seperti pisau, pecahan gelas, pisau cukur, atau gunting. Namun, di negara-negara yang sudah berkembang FGM dilakukan secara higienis dengan menggunakan obat bius.
Alasan-Alasan dipraktikkannya Female Genital Mutilation
Ada beberapa alasan dilakukannya FGM yang dikelompokkan ke dalam empat alasan utama, yaitu:
1. Identitas budaya
Budaya dan tradisi merupakan alasan utama dilakukannya FGM, karena FGM menentukan siapa sajakah yang dapat dianggap sebagai bagian dari masyarakat, sehingga dianggap sebagai tahap inisiasi bagi seorang perempuan untuk memasuki tahap kedewasaan. Dalam masyarakat yang mempraktikan hal ini, FGM dianggap sebagai hal yang biasa dan seorang perempuan tidak akan dianggap dewasa sebelum melakukan FGM.
2. Identitas gender
FGM dianggap penting bagi seorang gadis bila ingin menjadi perempuan seutuhnya, praktik ini memberikan suatu perbedaan jenis kelamin dikaitkan dengan peran mereka di masa depan dalam kehidupan perkawinan. Pengangkatan bagian klitoris dianggap sebagai penghilangan organ di tubuh perempuan sehingga feminitas perempuan akan utuh dan sempurna, karena trauma yang didapatkan setelah proses ini berlangsung akan memengaruhi perempuan. FGM juga dianggap sebagai pemberian pelajaran kepada perempuan mengenai perannya dalam masyarakat.
3. Mengontrol seksualitas perempuan serta fungsi reproduksinya
FGM dipercaya dapat mengurangi hasrat seksual perempuan akan seks, sehingga dapat mengurangi terjadinya praktik seks di luar nikah. Kesetiaan seorang perempuan yang tidak dimutilasi terhadap pasangannya akan sangat diragukan oleh masyarakat. Dalam masyarakat yang mempraktikkan FGM, seorang perempuan yang tidak dimutilasi tidak akan mungkin mendapatkan jodoh.
4. Alasan kebersihan, kesehatan, dan keindahan
Alasan ini merupakan alasan pembenaran yang dipakai oleh banyak masyarakat di dunia untuk melakukan FGM. Mutilasi yang sering dikaitkan dengan tindakan penyucian atau pembersihan dalam masyarakat yang mempraktikan FGM. Seorang perempuan yang tidak dimutilasi dianggap tidak bersih dan tidak akan diperkenankan menyentuh makanan
atau air.
FGM sering sekali dipromosikan dapat meningkatkan kesehatan perempuan serta anak yang dilahirkannya, dikatakan bahwa perempuan yang melakukan FGM akan lebih subur serta mudah melahirkan. Pendapat ini lebih merupakan mitos yang dipercaya masyarakat saja dan tidak memiliki bukti medis. Dari penjelasan mengenai prosedur serta dampak FGM dapat dilihat bahwa FGM ini dapat membahayakan jiwa, kesehatan, dan kesuburan seorang perempuan.
Dampak Praktik Female Genital Mutilation
Dampak dilakukannya FGM adalah sebagai berikut:
1. Konsekuensi Medis
Perempuan yang menjalankan prosedur FGM sangat berisiko besar mengalami berbagai masalah serius baik fisik maupun psikis. Masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan berkaitan dengan tingkat higienitas alat yang dipakai dalam prosedur, keahlian orang-orang yang melaksanakan prosedur tersebut, serta tahapan-tahapan prosedur FGM itu sendiri.
Dampak fisik yang ditimbulkan oleh FGM terbagi menjadi dampak jangka pendek.dan jangka panjang Dampak jangka pendek dari FGM meliputi pembengkakan pada jaringan sekitar vagina yang akan menghalangi proses pembuangan cairan, infeksi yang disebabkan pemakainan alat yang tidak steril, serta kontaminasi luka karena air seni, pendarahan parah dan shock, pembuluh darah dari klitoris dapat mengalami pendarahan,
terjadinya infeksi, tercemarnya darah oleh racun dari alat yang tidak steril, dan kerusakan pada jaringan di sekitar klitoris serta labia yang setelah beberapa waktu akan menyebabkan tersumbatnya urine yang berimplikasi pada infeksi serius.
Dampak jangka panjang yang ditimbulkan FGM yaitu infeksi saluran kencing. Hal ini disebabkan karena terdapatnya penyakit yang timbul karena adanya bakteri serta sisa-sisa sel darah putih dan juga karena infeksi yang berulang-ulang pada saluran reproduksi. Lubang vagina yang menjadi sempit akan menyebabkan terganggunya saluran menstruasi sehingga perempuan akan merasa sangat kesakitan karena penumpukan residu pada vagina. Dampak lain yang ditimbulkan adalah infeksi pelvic yang menyebabkan tersumbatnya tuba fallopi yang nantinya akan berakibat pada kemandulan.
Pada tipe infabulasi dampak jangka panjang yang ditimbulkan akan menjadi lebih serius yaitu infeksi pada saluran kencing dan ureter, kerusakan pada ginjal, infeksi saluran reproduksi yang disebabkan terganggunya siklus menstruasi, infeksi parah pada pelvic sehingga menyumbat tuba fallopi, perluasan jaringan yang terluka, keloid, sakit yang diderita pada saat berhubungan (making love), dan kesulitan pada saat melahirkan akibat hilangnya elastisitas serta saluran pelicin pada vagina. Perempuan yang diinfabulasi akan membutuhkan 15 menit untuk kencing dan periode menstruasi mencapai 10 hari, kadang-kadang karena sempitnya lubang ini darah menstruasi akan berkumpul di perut. Sehubungan dengan penularan penyakit berbahaya, FGM juga merupakan sarana yang berbahaya dan riskan bagi penularan virus HIV dan hepatitis, diakibatkan pemakaian alat yang tidak steril.
2. Konsekuensi Seksual
Secara seksual FGM berdampak pada rusaknya ransangan seksual pada perempuan. Hal ini disebabkan karena klitoris yang sudah dihilangkan akibat praktik FGM. Klitoris merupakan organ seksual utama pada perempuan yang memiliki banyak sekali syaraf yang sangat peka terhadap sentuhan, sedangkan bagian lain dari vagina hanya memiliki respon yang minim terhadap sentuhan. Dengan dihilangkannya klitoris pada FGM, maka secara otomatis ransangan seksual pada perempuan akan menurun secara drastis sehingga akan butuh waktu yang sangat lama bagi perempuan dalam berhubungan seks untuk mencapai orgasme bahkan tidak mampu sama sekali dalam mencapai orgasme.
Hal ini tidak hanya berdampak pada perempuan saja. Secara tidak langsung laki-laki juga terkena dampaknya. Sebagai contoh di Mesir dimana terjadi peningkatan laki-laki yang menggunakan narkotika akibat dari hanya sedikit sekali laki-laki sehat yang dapat membuat seorang perempuan yang dimutilasi klitorisnya mencapai orgasme.
1. Pengakuan dari seorang laki-laki Sudan tentang pengalaman seksualnya pada malam pertama perkawinannya.
"the first experience were very painful for her. For a long time we could not enjoy sex together, because it was a uniteral thing. It was I who had the orgasm. She only had fear and pain. I had had some experience, and knew either I would ruin the whole relationship, or with gentleness and patience I would eventually solve the problem. I love her very much, and for a long time, for several months, we both tried very hard to make it work. It was a nightmare. Of course I wanted sex. Everytime I approach her sexually, she bled. The wound I had caused was never able to heal. I felt horribly guilty. The whole thing was so abnormal. The thought that I was hurting someone I loved so dearly trouble me greatly. I felt like an animal. This is an experience that I would rather not remember."
2. Pengalaman Amina, seorang perempuan berusia 25 tahun dari Somali.
"I was infabulated when i was nine years old. I have had four operations to open up the infibulation for sexual relations with my husband since I got married four years ago but all this has been unsuccessful. Each time my husband comes near me the place close up. He cannot enter me. I have been through a lot of pain even to the point that I wanted to commit suicide. My husband unfortunately emotionally abuses me. He says I am a useless woman. It hurt me so much. I cannot speak to my family or to any member of the community. This will bring shame on my family. I need to see a psychologist, there will be gossip in the community and I will be dismissed as a mad person.
Dari kedua konsekuensi yang ditimbulkan oleh FGM, maka akan menimbulkan dampak yang ketiga yaitu konsekuensi psikologis yang akan diderita oleh perempuan yang melakukan FGM.
3. Konsekuensi Psikologis
Selain dampak fisik, FGM juga menimbulkan dampak psikis terhadap perempuan yang melakukan FGM. Dampak psikisnya yaitu perasaan cemas, takut, malu, serta perasaan dikhianati yang dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang pada kondisi psikis perempuan.
Berdasarkan penelitian beberapa ahli, shock dan trauma yang diderita dapat menyebabkan terbentuknya sifat pendiam dan penurut pada perempuan. Sifat-sifat ini dianggap baik bagi masyarakat yang mempraktikkan FGM. Walaupun di saat perayaan perempuan yang melakukan FGM akan mendapat hadiah akan menghilangkan sedikit trauma, namun dampak psikologis yang paling penting adalah perasaan merasa diterima sebagai bagian dari anggota masyarakat serta perasaan telah memenuhi persyaratan untuk
menikah.
Berikut pernyataan Dr. Nahid Toubia, seorang gynaecology yang telah melakukan penelitian terhadap hal ini terhadap pasiennya di sebuah klinik di Sudan:
"Thousand of women present themselves with vague complaints all metaphorically linked to their pelvises, which really means their genital since they are socially too shy to speak of their genitals. They complain of symptoms of anxiety and depression, loss of sleep, backache and many other complaints uttered in sad monotonous voices.
When I probe them a little, the flood of their pain and anxiety over their genitals, their sexual lives, their fertility and all the other physical and psychological complications of their circumcision is unbearable. These women are holding back a silent sream so strong, if uttered, it would shake the earth. Instead it is held back depleting their energy and darining their confidence in their abilities. Meanwhile the medical establishment treats them as malingerers and a burden on the health system and its resources.
*from many sources
050311
Tidak ada komentar:
Posting Komentar