Rabu, Desember 21, 2011

Becoming Jane

diambil dari sini

BECOMING JANE: Being an author as well as a wife?


Film ini konon terinspirasi oleh kehidupan nyata Jane Austen (1775-1817), seorang penulis dari Inggris yang sampai sekarang beberapa karyanya tetap saja digemari, misalnya “Pride and Prejudice”, “Sense and Sensibility”, “Persuasion”, “Mansfield Park” dan “Emma”.

Jane digambarkan mirip dengan tokoh perempuan yang dia tulis dalam novel-novelnya: cerdas, kritis, gemar membaca, berwawasan luas dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dan bahwa seorang perempuan menulis di zaman dahulu merupakan suatu skandal yang tidak layak dilakukan pun diungkapkan dalam film “Becoming Jane” ini. “Pen” yang merupakan ‘senjata’ orang dalam menulis (sebelum mesin ketik ditemukan, terlebih lagi keyboard komputer diciptakan), konon merupakan singkatan dari kata “penis”. Maka layaklah jika di zaman dulu hanya laki-laki yang dianggap layak menulis karena mereka lah pemilik senjata tersebut: penis. Perempuan akan mendapatkan kecaman yang sangat keras dari masyarakat jika ingin coba-coba memiliki profesi yang diklaim oleh kaum laki-laki ini.

Meski sempat dijadikan bahan debat apakah memang benar seorang Jane Austen pernah memiliki hubungan khusus dengan seseorang yang bernama Thomas Lefroy alias Tom, dalam film ini kisah kasih mereka berdua mendapatkan porsi yang cukup untuk menarik perhatian penonton. Dalam satu kunjungan ke rumah paman Thomas – untuk meminta restu dari sang paman agar Tom dan Jane bisa menikah – Tom mengajak Jane berkunjung ke rumah seorang penulis perempuan yang mendapatkan penghasilan yang cukup dari menulis, Mrs. Radcliffe. Perbincangan mereka berdua sangat menarik perhatianku.

diambil dari sini

Jane menyatakan keterkejutannya ketika tahu kehidupan Mrs. Radcliffe yang nampak sangat tentram dan damai, padahal novel-novel yang dihasilkan oleh Mrs. Radcliffe begitu penuh kejutan, teror, dan sebagainya. Dari penjualan novel-novelnya lah Mrs. Radcliffe menghidupi keluarganya, sang suami tidak begitu sukses dalam karirnya.

“Is it difficult to be an author as well as a wife?” tanya Jane polos.

Pertanyaan yang terdengar innocent bagiku ini mengingatkanku pada dua hal.

Pertama, Nh Dini. Di awal tahun 2008 aku berkesempatan menghadiri sebuah” acara berbincang-bincang dengan Nh Dini, dimana pada waktu itu beliau juga mempromosikan novelnya yang berjudul “Argenteuil”. Aku sempat bertanya bagaimana dia bisa mengingat semua kisah detil dalam hidupnya yang kemudian dia tulis dalam karya novel yang dia beri label “cerita kenangan” yang berarti otobiografinya. Sedikit latar belakang, Nh Dini pernah menikah dengan seorang Konsul yang tentu membuatnya sangat sibuk. Nh Dini menjelaskan bahwa (mantan) suaminya tahu kegemarannya menulis sehingga dia diperbolehkan meluangkan waktu untuk menulis apa-apa yang ingin dan perlu dia tulis dalam diary. “Konsensus” umum yang berlaku dalam masyarakat bahwa setelah menikah maka pasangan hidupmu lah yang menjadi diary ‘hidup’ tempatmu mengadu, berkisah dan lain sebagainya (sehingga ada juga ‘kepercayaan’ bahwa kebanyakan perempuan yang menjadi seorang istri sebaiknya meninggalkan kebiasaan menulis diary untuk beralih berbincang dengan suaminya) tidak berlaku dalam diri seorang Nh Dini. Dia tetap menulis, dimana catatan-catatannya ini sangat berguna ketika dia menulis novel “cerita kenangan”.

Nh Dini paling tidak telah membuktikan bahwa “it is possible to be an author as well as a wife at the same time.” :) Meskipun toh akhirnya Jane Austen tidak menikah hingga di akhir hidupnya.

Kedua, Anna Wickham. Penyair dari Inggris (1884-1947) menulis dalam bait pertama puisinya yang berjudul “Dedication of the Cook”:
If any ask why there’s no great She-Poet,
Let him come live with me, and he will know it:
If I’d indite an ode or mend a sonnet,
I must go choose dish or tie a bonnet;
Dalam salah satu percakapan antara Jane dan Tom, Tom menyatakan bahwa tidaklah mungkin seorang perempuan akan menjadi seorang penulis sehandal laki-laki. Tak seorang pun penulis perempuan akan mencapai kesuksesan yang setara dengan laki-laki. Namun Tom tidak menyebutkan alasannya mengapa.

Jika pernyataan Tom ini dikaitkan dengan apa yang ditulis oleh Anna Wickham pada bait pertama di atas, ada hubungan antara profesi menulis dengan ‘kewajiban’ seorang perempuan sebagai istri.

Namun ketika Jane bertanya kepada Mrs. Radcliffe, “Is it difficult to be an author as well as a wife?” tidak dijawab secara gamblang oleh seorang Mrs. Radcliffe.

Bagi para pecinta karya-karya Jane Austen, film “Becoming Jane” lumayan menjadi tontonan yang sedikit memberi gambaran bagaimana seorang Jane Austen akhirnya menjadi seorang penulis. Dia tidak jadi menikahi Tom lelaki yang dicintainya meski miskin, namun juga tidak menikahi Mr. Wisley yang kaya raya yang mengaku mencintainya bukan karena dia berpikir bahwa akan sulit menjadi seorang penulis sekaligus seorang istri. Dia memutuskan untuk tidak menikahi Tom karena dia tahu Tom harus bekerja untuk menafkahi keluarga dan adik-adiknya. Jane juga tetap menolak menikahi Mr. Wisley karena dia tidak mau menikah tanpa rasa cinta.

PT56 13.10 211211

1 komentar: