Beberapa hari lalu menjelang Idul Adha, beranda ef be ku penuh dengan status-status yang kontradiktif, seperti yang terbaca di judul postingan ini. Sebagian dengan gencar menulis betapa pentingnya mengurangi konsumsi daging -- terutama daging binatang yang berkaki empat -- demi ikut mengurangi semakin cepatnya pemanasan global menghanguskan bumi. Di sisi lain orang-orang menulis tentang ikut merayakan Idul Adha dengan memotong kambing atau pun binatang lain yang dianjurkan demi berbagi dengan sesama, terutama para kaum miskin yang mungkin hanya bisa makan daging binatang berkaki empat satu tahun sekali, yakni pada hari raya Idul Adha.
Berhubung waktu kecil aku bersekolah di madrasah ibtidaiyah, aku lumayan hafal di luar kepala mengapa 'diwajibkan' bagi kaum Muslim yang mampu untuk 'berkorban' dengan menyembelih satu kambing atau tujuh orang bersama berkorban seekor sapi. Minimal sekali dalam seumur hidup. Kalau mau setiap tahun sekali tentu lebih baik (?). 'Korban' kambing (atau sepertujuh sapi) yang telah kita korbankan konon nantinya akan membuat perjalanan menyeberang 'jembatan' menuju surga akan menjadi secepat kilat. Dan semua ini bermula dari kisah Ibrahim yang konon mendapatkan wahyu untuk menyembelih Ismail, anak yang dia tunggu kehadirannya selama beratus tahun. (konon, duluuuu para Nabi selain Isa dan Muhammad hidup hingga ratusan tahun umurnya).
My parents telah memberi contoh kepada anak-anaknya untuk berkorban setahun sekali, dengan menyisihkan uang tiap bulan demi bisa membeli seekor kambing ketika Idul Adha datang. Ini menunjukkan bahwa mampu atau tidak mampu bersifat relatif (seperti juga untuk melaksanakan 'ibadah' naik haji ke Mekkah).
Meskipun begitu, di rumah, yang suka makan daging kambing hanya my parents. Anak-anak tidak begitu suka. Aku pribadi tidak anti makan daging kambing, namun 'hanya' bisa menikmati makan sate kambing. Jenis masakan lain yang bahan utamanya kambing, aku lebih memilih untuk menghindarinya. No any special reason. Hanya karena tidak begitu suka saja.
Ketika aku membaca novel AKAR karya Dewi Lestari (Dee) dimana sang tokoh utama dikisahkan setengah 'cenayang'. Di salah satu 'scene' ditulis betapa dia ketakutan ketika dia melewati sebuah lapangan dimana disana berkumpul binatang-binatang yang siap disembelih karena mata-mata binatang itu menyorotkan ketakutan yang luar biasa. Si tokoh yang 'cenayang' ini merasa sorot mata ketakutan itu 'tertransfer' kedalam dirinya, hingga dia bisa tahu persis ketakutan seperti apa yang dirasakan oleh para binatang itu.
Mungkin aku yang terhipnotis cara Dee melukiskan 'adegan' itu, atau keseluruhan kisah dalam novel AKAR itu. Namun itulah pertama kali aku baru bisa melihat dan mencoba memahami bahwa binatang-binatang itu pun merasakan ketakutan ketika akan disembelih. (Jadi ingat si psikopat dalam film CHANGELING yang menangis ketakukan ketika akan dihukum gantung, tanpa ingat bagaimana dengan sadis dia telah membunuh anak-anak kecil tak berdosa, hanya demi kepuasan psikologisnya semata.)
Untunglah aku tidak pernah begitu menikmati makan daging berkaki empat, meski aku bukan seorang veggie.
Ketika berkisah tentang hal ini kepada Angie, dia pun bertanya, "Don't you think that also happens to chickens, Ma?" FYI, Angie sama sekali menghindari makan daging kambing. Kalau rendang daging sapi masih doyan dia. :)
Absolutely, that makes sense too. Call me a hypocrate then because I still often consume chicken. :-(
Itulah sebabnya ketika my FB buddies berkontradiktif menyikapi Idul Adha, aku memilih apatis. Mulai dari status-status yang menaifkan para pengikut Ibrahim (betapa goblog seorang ayah yang bersedia mengorbankan anaknya demi sebutan 'nabi'), betapa goblog mereka yang percaya binatang yang dikorbankan di dunia ini akan menyelamatkan diri ketika menyeberang jembatan di akhirat ini (lha gimana? aku pernah 'percaya' je ... :-D bukankah semua agama meminta para pengikutnya percaya without reserve? iman itu hanya ada percaya dan percaya. ) sampai status para pendukung pengurangan pemotongan binatang demi menyelamatkan bumi.
Namun akhirnya aku 'terprovokasi' juga menulis komen di sebuah status yang menertawakan para 'veggie' yang dia sebut sebagai 'pahlawan kesiangan'; mosok binatang yang dibela hanya kambing dan sapi maupun kerbau? namun tetap saja membunuh nyamuk, kecoa dan binatang-binatang kecil lain.
hadeeeehhhhh .... :-P
PT28 16.58 081111
Some comments from my other blog:
bambangpriantono wrote on Nov 8
Berhubung waktu kecil aku bersekolah di madrasah ibtidaiyah, aku lumayan hafal di luar kepala mengapa 'diwajibkan' bagi kaum Muslim yang mampu untuk 'berkorban' dengan menyembelih satu kambing atau tujuh orang bersama berkorban seekor sapi. Minimal sekali dalam seumur hidup. Kalau mau setiap tahun sekali tentu lebih baik (?). 'Korban' kambing (atau sepertujuh sapi) yang telah kita korbankan konon nantinya akan membuat perjalanan menyeberang 'jembatan' menuju surga akan menjadi secepat kilat. Dan semua ini bermula dari kisah Ibrahim yang konon mendapatkan wahyu untuk menyembelih Ismail, anak yang dia tunggu kehadirannya selama beratus tahun. (konon, duluuuu para Nabi selain Isa dan Muhammad hidup hingga ratusan tahun umurnya).
My parents telah memberi contoh kepada anak-anaknya untuk berkorban setahun sekali, dengan menyisihkan uang tiap bulan demi bisa membeli seekor kambing ketika Idul Adha datang. Ini menunjukkan bahwa mampu atau tidak mampu bersifat relatif (seperti juga untuk melaksanakan 'ibadah' naik haji ke Mekkah).
Meskipun begitu, di rumah, yang suka makan daging kambing hanya my parents. Anak-anak tidak begitu suka. Aku pribadi tidak anti makan daging kambing, namun 'hanya' bisa menikmati makan sate kambing. Jenis masakan lain yang bahan utamanya kambing, aku lebih memilih untuk menghindarinya. No any special reason. Hanya karena tidak begitu suka saja.
Ketika aku membaca novel AKAR karya Dewi Lestari (Dee) dimana sang tokoh utama dikisahkan setengah 'cenayang'. Di salah satu 'scene' ditulis betapa dia ketakutan ketika dia melewati sebuah lapangan dimana disana berkumpul binatang-binatang yang siap disembelih karena mata-mata binatang itu menyorotkan ketakutan yang luar biasa. Si tokoh yang 'cenayang' ini merasa sorot mata ketakutan itu 'tertransfer' kedalam dirinya, hingga dia bisa tahu persis ketakutan seperti apa yang dirasakan oleh para binatang itu.
Mungkin aku yang terhipnotis cara Dee melukiskan 'adegan' itu, atau keseluruhan kisah dalam novel AKAR itu. Namun itulah pertama kali aku baru bisa melihat dan mencoba memahami bahwa binatang-binatang itu pun merasakan ketakutan ketika akan disembelih. (Jadi ingat si psikopat dalam film CHANGELING yang menangis ketakukan ketika akan dihukum gantung, tanpa ingat bagaimana dengan sadis dia telah membunuh anak-anak kecil tak berdosa, hanya demi kepuasan psikologisnya semata.)
Untunglah aku tidak pernah begitu menikmati makan daging berkaki empat, meski aku bukan seorang veggie.
Ketika berkisah tentang hal ini kepada Angie, dia pun bertanya, "Don't you think that also happens to chickens, Ma?" FYI, Angie sama sekali menghindari makan daging kambing. Kalau rendang daging sapi masih doyan dia. :)
Absolutely, that makes sense too. Call me a hypocrate then because I still often consume chicken. :-(
Itulah sebabnya ketika my FB buddies berkontradiktif menyikapi Idul Adha, aku memilih apatis. Mulai dari status-status yang menaifkan para pengikut Ibrahim (betapa goblog seorang ayah yang bersedia mengorbankan anaknya demi sebutan 'nabi'), betapa goblog mereka yang percaya binatang yang dikorbankan di dunia ini akan menyelamatkan diri ketika menyeberang jembatan di akhirat ini (lha gimana? aku pernah 'percaya' je ... :-D bukankah semua agama meminta para pengikutnya percaya without reserve? iman itu hanya ada percaya dan percaya. ) sampai status para pendukung pengurangan pemotongan binatang demi menyelamatkan bumi.
Namun akhirnya aku 'terprovokasi' juga menulis komen di sebuah status yang menertawakan para 'veggie' yang dia sebut sebagai 'pahlawan kesiangan'; mosok binatang yang dibela hanya kambing dan sapi maupun kerbau? namun tetap saja membunuh nyamuk, kecoa dan binatang-binatang kecil lain.
hadeeeehhhhh .... :-P
PT28 16.58 081111
Some comments from my other blog:
bambangpriantono wrote on Nov 8
Wis komeng nang FB
pertamaz ah
afemaleguest wrote today at 12:56 PM
yaaa ;-)
martoart wrote on Nov 8
afemaleguest said
mosok binatang yang dibela hanya kambing dan sapi maupun kerbau? namun tetap saja membunuh nyamuk, kecoa dan binatang-binatang kecil lain.
kirain banyolan tolol itu berhenti pada "kenapa makan tomat? tomat kan juga punya rasa sakit?".
ternyata masih ada.
(ya tentu banyolan tolol tetap ada selama orang tolol masih bercokol di bumi)
orangjava wrote on Nov 8
martoart said
kirain banyolan tolol itu berhenti pada "kenapa makan tomat? tomat kan juga punya rasa sakit?".
ternyata masih ada.
(ya tentu banyolan tolol tetap ada selama orang tolol masih bercokol di bumi)
T O L O L....???opo To ...........Lol...........??
martoart wrote on Nov 8
orangjava said
T O L O L....???opo To ...........Lol...........??
Mau bilang To'ol aja bingung pak Dhe?
orangjava wrote on Nov 8
martoart said
Mau bilang To'ol aja bingung pak Dhe?
Ora bingung ming ling lung.....gek wegah aku..........gak ono gawean.....To LOL kan lain hehehe
martoart wrote on Nov 8
orangjava said
To LOL kan lain hehehe
http://multiply.com/mu/martoart/image/1/photos/13/600x600/17/go-blog-to-lol.jpg?et=W%2CuEwzNHARsPZzHal5pQNQ&nmid=356658660
orangjava wrote on Nov 8
martoart said
http://multiply.com/mu/martoart/image/1/photos/13/600x600/17/go-blog-to-lol.jpg?et=W%2CuEwzNHARsPZzHal5pQNQ&nmid=356658660
Hahahaha Go Blog...same like To LOL...hehehehe
afemaleguest wrote today at 12:58 PM
martoart said
kirain banyolan tolol itu berhenti pada "kenapa makan tomat? tomat kan juga punya rasa sakit?".
ternyata masih ada.
(ya tentu banyolan tolol tetap ada selama orang tolol masih bercokol di bumi)
sigh. ...
afemaleguest wrote on Nov 8
Kang Marto,
punya tulisan tentang Idul Adha ga?
:-D
bukan tentang bisnis naik hajinya lho ya? tapi tentang pemotongan binatang
martoart wrote on Nov 8
afemaleguest said
Kang Marto,
punya tulisan tentang Idul Adha ga?
:-D
bukan tentang bisnis naik hajinya lho ya? tapi tentang pemotongan binatang
lagi dilanda kemalasan nasional nih...
pengin pijit.
afemaleguest wrote today at 12:59 PM
martoart said
lagi dilanda kemalasan nasional nih...
pengin pijit.
hadeeeeehhhh
wayanlessy wrote on Nov 8, edited on Nov 8
Sama mbaaa...aku juga ga suka makan daging kambing.
Mau komen sedikit OOT ah..
Dulu, aku bertanya apa hewan hewan qurban yg di lapangan surau ketakutan akan dipotong?
Lalu ibuku bilang bahwa kambing dan sapi sapi yg baik hati yg dipotong saat idul Adha merasa bersyukur dan gembira sekali akan dipotong sebagai hewan qurban..karena nasibnya jelas akan dibagi bagikan untuk derma konsumsi bagi yg membutuhkan..dibanding ia mati dipotong di penjagalan mesin untuk kornet di pabrik besar bersama ratusan sapi lainnya.
Makanya aku kecil dulu berani mengelus elus hewan qurbanku dan menyaksikan pertumpahan darahnya. Sekarang mah ogah.
Herannya sampai sekarang aku masih "meyakini" apa kata ibuku tersebut bahkan memakainya sbg analogi yg mensugesti keinginanku jika nanti aku mati dan jasadku masih bisa dimanfaatkan untuk donor dan didermakan pada yg membutuhkan untuk kebaikan dan ilmu pengetahuan. (Sebuah kontradiksi dengan keyakinanku akan sakitnya jenazah yg pemulasarannya harus hati hati -->selain kontradiksi, juga sebuah kaitan juga yg menjembatani dua kondisi berbeda tapi dipakai juga:- Hewan qurban masih hidup, aku sudah mati - tapi sama sama sakit saat golok memotong kulit).
Bedanya, aku bisa menyatakan "consent" tanda kesetujuanku untuk dipotong potong sementara kambing dan sapi maupun hewan i.e. ternak lainnya tidak.(hmm?)
Manusia punya taring sih ya? Sehingga dalam dunia hewan dia pada dasarnya bukan vegetarian. Jadi inget si Singa di film Madagascar yg kemudian jd doyan sushi dan perubahan diet sang Singa digambarkan sebagai happy ending..soalnya ga ada karakter ikan di film itu ya kl ga salah? Seiring kali ya, dengan para veggie pecinta hewan yg membunuh nyamuk kecoak cicak tikus ular dan kepinding yg mampir ke sekitaran mereka?
Jadi...imho, .."kepentingan" bisa banget memanipulasi atau katakanlah mempengaruhi respon dan sensitifitas thdp rasa sakit makhluk lain dan rasa "baik" yg tercipta saat memangsa?
wayanlessy wrote on Nov 8
Uppps.....ya ampun..pas udah disubmit rupanya panjang ih komenku...
permisi ya mbak numpang menuh2in tempatmu mbak..
orangjava wrote on Nov 8
wayanlessy said
Uppps.....ya ampun..pas udah disubmit rupanya panjang ih komenku...
permisi ya mbak numpang menuh2in tempatmu mbak..
Hahaha, was soll das heissen bitte???
rembulanku wrote today at 1:09 AM
simboku dapat lumayan dari tetangga dan saudara
fiewh.... beberapa hari ini aroma gule bikin aku kliyengan..
meski bukan vegatarian tapi aku ogah nyentuh
afemaleguest wrote today at 1:28 PM
rembulanku said
simboku dapat lumayan dari tetangga dan saudara
fiewh.... beberapa hari ini aroma gule bikin aku kliyengan..
meski bukan vegatarian tapi aku ogah nyentuh
Lala,
kebetulan yg diantar ke rumah daging sapi, bukan kambing, jadi aku makan deh, and ga kliyengan, hihihihi
onit wrote today at 2:11 AM, edited today at 2:18 AM
afemaleguest said
Si tokoh yang 'cenayang' ini merasa sorot mata ketakutan itu 'tertransfer' kedalam dirinya, hingga dia bisa tahu persis ketakutan seperti apa yang dirasakan oleh para binatang itu.
jangankan cenayang. penelitian ilmiahnya udah ada kok. pada ayam pula. emang mereka itu ketakutan. dan cara mengurangi ketakutan si ayam adalah dgn membiusnya sblm disembelih. itulah pilihan negara2 barat (& negara maju lainnya). katanya: daging hewan yg stress efeknya gak bagus utk kesehatan.
dan lagi ada perdebatan antara org beragama dgn pengguna bius utk hewan sembelihan itu. menurut org beragama, doa (contoh: bismilah) udah cukup utk meringankan penderitaan hewan2 itu. sedangkan menurut pengguna bius, itu tetap kejam. walaupun masing2 pihak masih ngotot, ada yg ambil posisi tengah: dibius+didoakan.
onit wrote today at 2:15 AM
afemaleguest said
mosok binatang yang dibela hanya kambing dan sapi maupun kerbau? namun tetap saja membunuh nyamuk, kecoa dan binatang-binatang kecil lain.
aku gak tega bunuh semut, laba2, dll tapi kok masih makan ikan (&kadang ayam) ya? :p
ps: kalo aku nyemprot obat nyamuk di kamar, itu salah si nyamuk masuk2 kamarku, bukan aku bunuh secara langsung huehehe
orangjava wrote today at 5:40 AM
onit said
aku gak tega bunuh semut, laba2, dll tapi kok masih makan ikan (&kadang ayam) ya? :p
ps: kalo aku nyemprot obat nyamuk di kamar, itu salah si nyamuk masuk2 kamarku, bukan aku bunuh secara langsung huehehe
Hati² dengan yang namanya *obat nyamuk* DDT itu racun dan juga buat Manusia....di Jerman (EU) dah lama dilarang!!
onit wrote today at 1:55 PM
orangjava said
Hati² dengan yang namanya *obat nyamuk* DDT itu racun dan juga buat Manusia....di Jerman (EU) dah lama dilarang!!
obat nyamuk jaman skrg byk yg ga pake ddt mbah :)
waktu awal 90-an ada merek yg ngeluarin tanpa ddt, dan itu yg lgsg dipilih oleh ortuku. skrg2 malah ortuku pake obat nyamuk elektrik yg cukup boros (pendingin ruangan = mengusir nyamuk wkwkwkwk).
afemaleguest wrote today at 3:23 PM
orangjava said
Hati² dengan yang namanya *obat nyamuk* DDT itu racun dan juga buat Manusia....di Jerman (EU) dah lama dilarang!!
Pak Dhe yang diinget obat nyamuk zaman kapan yaaaa ...
hihihihihihi ...
afemaleguest wrote today at 1:25 PM
Onit,
aku juga tidak pernah membunuh binatang-binatang kecil itu. khusus nyamuk aku terpaksa membunuhnya setelah dia menggigit dan menghisap darahku, salah sendiri ngusilin aku duluan, hehehehe
btw, aku pakai obat nyamuk elektrik, bukan yang semprotan. :-D
agamfat wrote today at 6:06 AM
Nyate domba, lebih empuk tanpa prengus. Vegetarian baik juga. Di Arab sana kan ternak cum ada domba, nggak ada sapi, ayam, dsb. Jadi itu mungkin juga mekanisme agar uang juga berputar ke peternak yg biasanya miskin.
afemaleguest wrote today at 1:31 PM
agamfat said
Nyate domba, lebih empuk tanpa prengus. Vegetarian baik juga. Di Arab sana kan ternak cum ada domba, nggak ada sapi, ayam, dsb. Jadi itu mungkin juga mekanisme agar uang juga berputar ke peternak yg biasanya miskin.
selalu ada bau bisnis ya Gam?
sama dengan penyelenggaraan "ibadah" haji, hehehehehe
rirhikyu wrote today at 8:53 AM
fiuhhh.. fiuhhh.. nyimak ae deh
afemaleguest wrote today at 1:32 PM
rirhikyu said
fiuhhh.. fiuhhh.. nyimak ae deh
monggo BuMil :-D
afemaleguest wrote today at 1:10 PM
Lessy dear,
the way your Mom convinced you was absolutely very impressive to the little Lessy ;-) and in my opinion until now you still believe in it, it must be because you always adore your Mom ;-)
on the contrary, my parents only taught me to sacrifice one goat on Idul Adha to follow Ibrahim's path. period. and the teaching that human beings are the best creation of God, higher than animals, surely made the little Nana not think from the animals' point of view. I was absolutely not critical when a little. and when I was about to criticize something, my parents as well as my teachers in primary school directly silenced me by saying, "I know better than you do because I am older."
and coincidentally, I read AKAR at the time when I had "converted" to be (candidate) agnostic, letting myself criticize any (religious) teachings I got when a kid.
thank you for sharing your impressive Mom's story. ^__^
afemaleguest wrote today at 1:20 PM
lovely to know that there has been a scientific research about it, Onit, thanks. ;-)
cara pembunuhan dengan pembiusan terlebih dahulu, ini juga termasuk salah satu topik yg dibahas di status beberapa teman. orang Indon yg merasa bahwa membaca basmalah saja dan penggunaan pisau tajam sudah cukup dan toh para binatang itu akan bahagia karena dikorbankan demi Sang Penciptanya (seperti Ismail yg konon lega lillahi taala) tentu menertawakan cara pembiusan binatang itu sebelum disembelih. "masak pemotongan hewan utk Idul Adha disamakan dengan pemotongan hewan yg akan dikonsumsi orang-orang kafir di Eropa?" kata salah satu dari mereka dengan nada sinis.
capek deeeehhhh
onit wrote today at 2:02 PM
afemaleguest said
"masak pemotongan hewan utk Idul Adha disamakan dengan pemotongan hewan yg akan dikonsumsi orang-orang kafir di Eropa?" kata salah satu dari mereka dengan nada sinis.
paling ga demen sama kalimat2 kayak gini bah! kalo mo disama2in mah apa2 bisa disamain :p "kang, ente makan daging kan tu orang kafir juga makan daging" huehehe.. sesama manusia kok sibuk mencari perbedaan. coba dibagi artikel ini aja deh http://pormadi.wordpress.com/2011/11/05/2181/
afemaleguest wrote today at 2:41 PM
Onit,
di salah satu milis yg kuikuti, kita sudah pernah membahasnya, thanks anyway for the link ^__^