Kamis, Desember 23, 2010

Perempuan = Dekorasi?

PEREMPUAN = DEKORASI?

“Aku suka perempuan cerdas,” kata lelaki itu, di pertemuan yang pertama. Setelah obrolan antara aku dan dia berjalan selama kurang lebih dua jam.

Aku hanya tersenyum tipis. Ini bukan yang pertama kali seorang laki-laki ‘flirt’ aku dengan mengatakan hal tersebut.
“Perempuan cantik dan seksi itu bertebaran dimana saja. Aku bisa menemukan mereka di mana pun dan kapan pun. Tapi kalau perempuan cerdas? Nah ... that is really something,” tambahnya lagi.

“Tahukah engkau banyak laki-laki justru tidak menyukai perempuan yang cerdas?” sahutku dengan nada datar, untuk menunjukkan kepadanya bahwa rayuannya tidak mempan membuatku melambung ke awan.

Mimik wajahnya terlihat sedikit kaget mendengar perkataanku itu. Mungkin juga ditambah nada datar yang kupilih, plus tentu dia tidak menemukan rona muka malu-malu tapi nafsu di wajahku.

“Lelaki yang tidak menyukai perempuan cerdas tentu karena lelaki itu tidak pede, karena kalah cerdas.” Katanya.

“Memang ...” jawabku, tetap dengan nada datar, tanpa ekspresi berlebihan.

“Namun aku bukan tipe lelaki yang seperti itu Na. Meski mungkin pendidikan formalku tidak setinggi pendidikanmu, aku yakin aku ga kalah cerdas dibandingkan kamu, karena aku hobi membaca. Coba kalau kamu datang ke rumahku, kamu bisa meminjam buku-bukuku. Untuk membaca semuanya, kamu butuh lebih dari tiga tahun, itu dengan catatan satu hari kamu membaca satu judul buku.” Katanya, setengah membanggakan diri.

“Dan kamu juga bukan lelaki pertama yang merayuku dengan mengatakan hal yang sama,” sahutku tajam.

Aku ingat seorang mantan rekan kerja yang di mataku sangat cerdas namun memilih seorang istri yang di mataku kecerdasannya biasa-biasa saja, meski memiliki kecantikan luar yang sangat memikat. Setelah berkenalan dengan adiknya, perempuan, yang tak kalah cerdas, aku baru tahu alasannya. Di mata kakak laki-lakinya itu, perempuan hanyalah ‘dekorasi’. Dia cukup bangga tatkala berjalan didampingi oleh seorang perempuan yang jelita dan dikagumi oleh orang yang memandangnya. “Wah, mas, istrimu cantik sekali?”

 Alasan kedua, perempuan yang menjadi istrinya itu tipe perempuan yang berprinsip, “whatever my husband says, I will follow...” 

“Aku sadar hal tersebut ketika terjadi adu argumentasi yang lumayan alot di rumah, tatkala aku memutuskan untuk pergi ke Amerika untuk melanjutkan kuliah. Suamiku mendukung penuh, ayahku juga. Herannya yang tidak mendukung adalah ibuku dan kakak laki-lakiku itu. “ cerita sobatku. “ “Kakakku sempat bilang, bahwa kalau aku adalah istrinya, dia tidak akan membiarkan aku pergi ke Amerika. Seperti ibuku, dia lebih menyuruhku tinggal di Indonesia dan berkonsentrasi untuk memiliki anak. You know ...”

Laki-laki cerdas ternyata tidak selalu pede menghadapi perempuan cerdas. Meski tentu aku tahu ini hanya sekedar masalah pilihan hidup.

---------- ---------- ---------- ----------

“Aku heran dengan pendidikan Bahasa Inggris di negara kita ini. Dengan memberikan pelajaran Bahasa Inggris selama kurang lebih empat jam seminggu, dari kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMA, seharusnya paling tidak seorang lulusan SMA mampu berbicara menggunakan Bahasa Inggris. Yah ... paling tidak dalam situasi yang ringan, misal menerima telpon, pesan makan di restoran, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak rumit. Namun kenyataannya pada umumnya, aku ulangi lagi, pada umumnya, lulusan SMA masih banyak yang belum bisa menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari. Nah ... kamu kan guru Bahasa Inggris. Apa pendapatmu?” tanya lelaki yang sama. Ini pertemuan kita berdua.

“Banyak alasan mengapa terjadi hal yang kamu kemukakan tadi. Tapi aku yakin, faktor guru memang sangat memegang peran penting dalam membuat seorang siswa suka belajar Bahasa Inggris atau tidak. Terutama guru yang mengajarkan Bahasa Inggris kepada seorang anak untuk pertama kali. Karena banyak di antara siswaku atau mahasiswaku yang mengaku mereka dulu tidak suka pelajaran Bahasa Inggris karena tatkala duduk di bangku SMP, mereka tidak menyukai gurunya. Setelah lulus kuliah, mau mencari pekerjaan, baru mereka kelabakan ingin memperdalam kemampuan Bahasa Inggris mereka. Bla bla bla ...”

Tatkala aku menjelaskan dengan serius, kulihat laki-laki di hadapanku itu menatap wajahku dengan tatapan mata yang, entah mengapa, aku menyimpulkan dia tidak mendengarkan penjelasanku dengan seksama. Tak lama kemudian, sambil tetap memandang wajahku dan tersenyum-senyum yang sayangnya aku tak mampu menangkap maknanya, dia menggerakkan tangannya, memberiku tanda untuk mendekat kepadanya, dan berbisik,

“Kamu tahu ga Na? Aku ga ndengerin apa yang kamu katakan. Aku malah asyik memandang indahnya lesung pipit di pipi kirimu. Kamu tahu kah kamu manis sekali kalau tersenyum?”

###

Ternyata dia sama saja dengan para lelaki lain yang menganggap perempuan hanyalah barang dekorasi yang cukup untuk dipandangi dengan nikmat. Dan bukan untuk didengarkan apa yang dia katakan, rangkaian argumentasi yang keluar dari otaknya!

“Aku menyukai perempuan cerdas,” yang dia katakan di pertemuan kita pertama hanyalah rayuan gombal kosong.
Bikin ENEG!

PT28 18.25 221210

Minggu, Desember 19, 2010

Car Free Day 19 Desember 2010 di Semarang


Catatan Tercecer dari Car Free Day 
 
Setelah tertunda satu minggu dari rencana semula, 'event' Car Free Day akhirnya di Semarang diselenggarakan pada tanggal 19 Desember 2010, dari pukul 05.00 sampai (katanya) pukul 10.00, dari bundaran Tugumuda sampai depan Mal Paragon. Setelah sekian minggu (atau bulan?) berlalu tanpa ada event bersama dengan teman-teman pesepeda Komunitas b2w Semarang khususnya, dan komunitas-komunitas lainnya, maka bagiku pribadi event CFD kali ini merupakan kesempatan 'langka' yang sangat berharga digunakan untuk berkumpul dengan teman-teman.

Ada beberapa kejadian yang ingin 'kulestarikan' lewat tulisan ini.

(1) Alhamdulillah banget beberapa merchandise yang dibawa ke venue oleh Darmawan a.k.a. Boil Lebon sang humas b2w Semarang laris manis, terdiri dari kaos jersey b2w Semarang dengan warna 'kebesaran' bike-to-work yakni kuning (harga Rp. 85.000,00); kaos b2w lain yang berwarna putih (harga Rp. 75.000,00); dan satu 'paket' yang berisi bike tag, sticker, plus pin (harga Rp. 20.000,00).

(2) Sebuah kejadian yang bagiku lumayan menyesakkan dada adalah tatkala ada seorang laki-laki usia paruh baya bertanya kepadaku, "Jualan kaos ya mbak?" Aku jawab, "Iya pak. Ini yang kuning kaos jersey b2w, ..." belum selesai aku berbicara, dia sudah memotong dengan mengatakan, "Saya bukan b2w, saya anggota komselis." Terus ngeloyor pergi. !@#$%^&*()_!@#$%^&*()

Kemudian orang yang sama mendekati teman yang lain, yang kebetulan sedang memasukkan bike tag, sticker, plus pin kedalam sebuah 'paket'. (NOTE: semua 'berhiaskan' logo b2w.) Kulihat orang itu membeli dua buah paket. Kebetulan sebelum orang tersebut pergi, ada seorang teman yang didapuk sebagai ketua komselis, nyamperin. Orang yang tak kukenal itu, menyodorkan dua buah paket bike tag dll tersebut ke ketua komselis sambil bertanya, sedikit ragu-ragu, "Mas, saya beli paket bike tag ini boleh? Kalau saya pasang di sepeda boleh?" Sang ketua komselis menjawab datar, "Boleh pak boleh ..."

Kesimpulanku: apa orang mengira b2w dan komselis itu sejenis aliran ya? Atau konon seperti komunitas b2w Jakarta yang sudah memiliki 'sempalan' yakni 'back to bike', dan anggotanya HARAM hukumnya untuk menyeberang komunitas?

Introspeksi diri: anggota b2w sebaiknya tidak berhenti mengampanyekan bahwa b2w bukanlah kumpulan pesepeda yang eksklusif. Semua orang boleh memasang bike tag b2w, tidak peduli mereka anggota komunitas sepeda lain, misal (di Semarang, SOC, Gagak Rimang, SMBC, Balung Tuwo, TendBir, you name it!) Semua orang juga boleh membeli dan mengenakan kaos jersey b2w. Slogan "APA PUN SEPEDANYA, YANG PENTING BERSEPEDA KEMANA PUN KITA PERGI" harus tetap didengungkan.

(3) Seorang lelaki yang membeli bike tag heran mengapa kita menjualnya kali ini, padahal beberapa tahun lalu kita membaginya gratis. Dia bercerita mendapatkan bike tag b2w gratis tahun 2008 (waktu kita mengadakan event rolling thunder pertama bareng SOC, kita memang sempat membagi bike tag gratis kepada para pesepeda yang kita temui waktu itu.) Namun bike tag yang dia miliki itu hilang karena dijatuhcintai orang yang tidak tahu caranya bagaimana memperoleh bike tag. Dan dia telah kehilangan bike tag DUA KALI! WAAAAHHH ...

(4) Setahuku penyelenggaraan CFD dari jam 5 pagi sampai jam 10 pagi. Namun ternyata baru pukul 9 'pagar betis' sudah pergi sehingga jalan Pemuda sudah dilewati kendaraan bermotor lagi. :-((

(5) Kenapa pak ketu om Salam Mesra ga keliatan tadi ya?

Yang mau nambahi, monggooooooooooo :)

See you on the following CFD!

Nana Podungge
Sekretaris b2w Semarang
PT56 12.00 191210