"Perempuan masih lebih memilih menikah dan memilih suami yang berpenghasilan lebih besar dari mereka," demikan dituliskan dalam riset Hakim. ...
"Perempuan di sejumlah negara di Eropa bersikeras untuk menikah, jika bisa, dengan laki-laki yang memiliki pendidikan dan penghasilan lebih tinggi darinya," kata Hakim. Ia menambahkan, perempuan memanfaatkan pernikahan dengan pria kaya sebagai alternatif atau tambahan yang menunjang kehidupan, pekerjaan, dan kariernya.
"Dr." Catherine Hakim konon adalah seorang researcher. Just check this out. Preferensinya adalah bidang 'labor market', 'erotic capital' dan lain sebagainya hingga 'women's issues'. Seperti artikel di atas yang mengacu ke hasil riset yang dilakukan Hakim di beberapa negara Eropa, di Spanyol dan Inggris, disebutkan bahwa jumlah perempuan yang memilih menikahi laki-laki yang memiliki pendidikan dan penghasilan lebih tinggi darinya. Tidak tanggung-tanggung hasil riset ini konon dimaksudkan untuk mengkritisi David Cameron yang melontarkan ide tentang penambahan kuota perempuan sebagai pimpinan dalam perusahaan dan adanya isu untuk menurunkan pembedaan upah antara pria dan wanita.
Kita semestinya jeli menyikapi hasil riset ini dan tidak serta merta menyimpulkan bahwa perempuan lebih memilih menikah dari pada melajang dan menjadi financially self-established. Beberapa dekade yang lalu jumlah perempuan yang memilih menikahi laki-laki yang memiliki pendidikan dan penghasilan lebih tinggi memang rendah. Hal ini tentu disebabkan perempuan-perempuan zaman sekarang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan beberapa dekade lalu sehingga mereka lebih kritis dalam hal memilih pasangan; tidak asal 'laku' (^_^) and not just grab any guy.
Yang mengesalkan dari hasil riset ini adalah ketika kemudian masyarakat -- atau pemerintah -- menggeneralisir bahwa semua perempuan akan memilih menikah dan berhenti berkiprah di ranah publik. Apalagi jika gara-gara hasil riset ini kemudian isu menurunkan pembedaan upah antara pria dan wanita melulu hanya isu belaka. Terlebih jika 'termakan' isu yang digembar-gemborkan oleh Hakim bahwa feminisme hanya mitos belaka dan mementahkan kembali usaha-usaha yang telah dilansir oleh para penggiat kesetaraan jender selama berabad-abad.
Mengingat background Hakim yang lahir dan tumbuh remaja di kawasan Timur Tengah, kita bisa menyimpulkan dari mana akar misoginis yang dia miliki.
----------- ---------- ----------
PT56 19.59 260311
Tidak ada komentar:
Posting Komentar